2. Apa Ada Yang Salah?

106 10 3
                                    

Saat itu langit terlihat cerah. Burung-burung berterbangan di luar sana dengan berkicauan secara serempak mengeluarkan berbagai macam bunyi seperti nyanyian.

"Sufala." Terdengar suara seseorang dari arah belakang yang sudah tidak asing lagi bagiku. Kemudian aku menoleh untuk memastikan.

Kulihat gadis berkulit putih dengan mata yang tampak lentik tengah melambaikan salah satu tangannya sembari berlarian kecil menghampiriku. Napasnya terdengar tak beraturan.

Aku tersenyum kecil kala melihatnya setelah menghentikan langkah menyusuri koridor sekolah. Gadis itu adalah sahabatku dari kecil. Dia paling mengerti dan selalu ada di saat suka maupun duka.

Namanya, Citrasena.

Kalian boleh panggil dia Citra, atau Sena. Kalau aku sih lebih suka panggil dia Nana biar berbeda dari yang lain. Soalnya aku paling suka makan Banana, jadi kalau ada dia, pasti bawaannya pengen makan pisang.

Oke, lupakan. Pasti gak nyambung.

"Sufala, kamu harus tahu," katanya setelah berdiri di depanku dengan napas memburu, "Manda udah pulang dari Kanada kemarin. Hari ini dia masuk sekolah."

"Kamu serius, Na?" tanyaku tak percaya.

Pasalnya, Manda adalah gadis yang aku suka. Dia termasuk primadona sekolah. Bagaimana tidak? Dia blesteran, cantiknya luar biasa. Ayahnya orang Kanada, sementara Ibunya dari Indonesia.

Kulihat Citrasena mengangguk mantap sebelum berkata, "Bukannya kamu udah lama suka sama dia ya? Nah, sekarang saatnya ungkapin semua. Mumpung dia lagi jomblo juga."

"Jomblo?!"

"Iya. Katanya dia udah putus sama Reno satu bulan yang lalu."

Setelah mendengar jawaban dari Citrasena, aku langsung semangat. Dan saat itu juga aku tidak ingin membuang waktu lagi. Ini merupakan kesempatan emas yang tak boleh di sia-siakan dengan percuma.

"Kalo gitu, ayo kita samperin dia," ajakku penuh semangat sembari melanjutkan langkahku yang tadi sempat terhenti dengan menarik paksa lengan Citrasena yang kini tengah meringis.

"Mau ngapain? Pelan-pelan dong, Sufala. Santai. Tanganku sakit nih," protesnya terdengar kesal yang membuatku terkekeh sembari memperlambat langkah kakiku agar sejajar dengannya setelah mengucapkan kata maaf begitu pelan.

"Kenapa buru-buru sih?" tanyanya penasaran, "Ada apa?"

"Ada doger monyer, Na, di sana."

"Serius? Mana?"

"Iya itu tuh... Tapi bohong."

"Ish! Terus?"

"Ada bidadari di sana, Na."

"Siapa?"

"Manda," jawabku singkat," Dia akan kutembak mati." Setelahnya aku tersenyum.

Kutatap Citrasena tengah menautkan kedua alisnya seperti merasa kebingungan dengan apa yang aku ucapkan barusan. Dia balik menatapku meminta penjelasan.

"Aku mau menembak Manda hari ini biar dia mati. Apa ada yang salah?"

***

Bersambung,

Sukabumi, 21 Februari 2019.

Hallo! Sufala update lagi, guys! Aku lagi suka bikin cerita pendek kayak gini, ngerasa nyaman aja.

Jadi, kemungkinan bakalan sering update.

Ini baru kemungkinan loh. Wkwkwk

Semoga suka sama cerita baruku Sufala ❤

Salam manis dariku,

Sri Azmi.

SufalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang