Aku sedang duduk dan berada di cafe shop ternama di kotaku setelah pulang dari sekolah. Oh ya, sebelumnya aku pulang dulu ke rumah buat ganti baju karena tidak baik rasanya jika masuk ke tempat ini dengan masih mengenakan seragam putih abu.
Raja Jomblo Sedunia
Hai Putri. Bisa gak kita ketemuan hari ini? Aku udah ada di cafe shop nih.
Aku memandang ponsel berbentuk pipih yang kugenggam dengan di penuhi harapan di hati. Semoga saja Putri langsung membalasnya. Dan tak lama dari itu sebuah notifikasi masuk, menandakan ada pesan baru. Dengan segera aku pun membukanya.
Putri Tomboi Sejagat Raya
Boleh. Aku juga lagi gak sibuk. Kamu lagi ada di cafe shop mana? Send location. Nanti aku ke sana.
Entah kenapa aku langsung tersenyum saat membacanya. Ah, aku tidak mengerti tentang apa yang sedang kurasakan saat ini. Mungkinkah diri ini mulai menyukainya?
Wahai hati, apa semudah itu 'kah untuk jatuh cinta?
Raja Jomblo Sedunia
Oke. Nanti aku send location dan alamat lengkapnya. Sampai ketemu, Putri!
Setelah mengirim pesan itu, aku langsung send location dan alamat cafe shop ini padanya dengan hati gembira. Lalu aku bercermin di layar ponsel yang tengah mati. Merapikan rambutku menggunakan telapak tangan sebelum kembali mengenakan jaket yang tadi sempat kulepas di atas meja.
"Tampangku gak malu-maluin banget 'kan, ya?" lirihku pada diri sendiri, "Ah, mana mungkin. Aku ini 'kan ganteng. Dan gak pernah daftar jadi seorang badut ulang tahun anak usia dini. Jadi, optimis aja."
Aku kembali menyalakan ponsel untuk melihat balasan dari Putri dengan hati deg-degan. Duh, jangan lebay, wahai Sufala tampan. Ini tuh cuman mau ketemuan, bukan mau menikah. Jadi rileks, dan rileks. Tarik napas, lalu buang pelan-pelan.
Putri Tomboi Sejagat Raya
Aku lagi di jalan nih. Tungguin ya.
Aku mengulum senyum setelahnya. Mohon doakan teman-teman, semoga hasilnya tidak mengecewakan. Doakan, woy! Semoga aku tidak jomblo lagi. Aminin, aminin. Ah, elah, pelit amat sih. Cuman tinggal menengadahkan tangan, lalu ucapkan AMIIN. Simple, 'kan?
Udah? Oke. Makasih.
Sufala tampan dan rajin menabung
[ Na, gimana nih? Dia udah ada di jalan katanya. Pertama, aku harus bilang apa ke dia buat bisa saling berkomunikasi? Biar gak ngebosenin. Dan dia bisa jatuh hati. ]
Send.
Aku mengirimi Citrasena pesan di WhatsApp. Jangan protes soal namaku di atas. Itu aku tulis buat menyenangkan hati yang belum di huni. Karena aku merasa punya hak untuk memberikan nama apa saja di akun WhatsApp-ku, bukan? Begitupun dengan kalian.
Nana singa betina baik hati
[ Duh, Sufala, jangan terburu-buru. Ingat gak kata-kataku tadi saat di kelas gimana? Santai aja. Lihat dulu orangnya. Setelah itu baru deh samperin. Paham? Good luck! ]
Read.
Aku meneguk ludah susah payah dengan mata melotot saat membaca pesan selanjutnya. Kali ini bukan dari WhatsApp, tapi dari messenger facebook. Ya, Putri mengirimkan sebuah pesan yang nyaris membuatku terperanjat setengah mati. Oke, lupakan. Pasti terdengar alay.
Putri Tomboi Sejagat Raya
Aku udah ada di cofe shop nih. Kamu duduk di sebelah mana? Aku pakai baju kotak-kotak campuran warna hitam putih. Oh ya, aku juga pakai topi. Kalau kamu yang mengenakan baju apa?
Astaghfirullah. Itu cewek pakai apa ke sini? Cepat amat sampainya.
Dan aku harap setelah ini....
Aku baik-baik saja.
***
Sukabumi, 10 April 2019.
Hayo, coba tebak bagaimana kelanjutan kisahnya?
Salam kenal,
Sri Azmi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sufala
Short StoryBAGIKU MENJADI PRIA TAMPAN ITU MASALAH. Namun, bagi kebanyakan orang di anugerahi wajah yang super tampan itu sangat menguntungkan. Mereka dapat berekspresi apa pun dan di mana pun dengan tanpa harus merasa malu. Kebanyakan kamu hawa di dunia ini pa...