4. Sebuah Rencana.

70 10 0
                                    

"Sufala, tadi gimana? Pasti berhasil dong. Iya, 'kan?" Citrasena mendekatiku yang sudah berada di dalam kelas dengan terduduk santai di bangku paling depan dekat jendela sebelah kiri.

Citrasena, gadis itu sedari tadi ada di dalam kelas. Soalnya dia tidak bisa menemaniku untuk menghampiri Manda. Katanya sih, mau mengerjakan tugas yang lupa ia kerjakan tadi malam.

Aku menatapnya, lalu mengatakan, "Nggak gol, Na. Meleset."

"Yaaa.. Padahal tinggal dikit lagi. Pemirsa kecewa." Citrasena menangkup kedua wajahnya dengan bibir di kerucutkan ketika ia sudah duduk di kursi sebelahku.

Aku mengangkat kedua bahuku merasa acuh tak acuh. Lalu kukeluarkan ponsel pintarku di dalam saku, kemudian membuka aplikasi mobile legends sebelum hanyut di dalamnya.

Daripada mesti galau tak jelas arah tujuan, mending kusibukkan diri dengan bermain game yang tentunya dapat menghibur dan mengenyahkan rasa sepi di hati. Betul?

"Oh iya, Sufala, aku baru ingat." Citrasena mengguncangkan tubuhku dengan heboh agar aku kembali menatapnya.

"Apa, ish! Ganggu aja," protesku kesal sembari menekan tombol pause di ponselku, "Awas aja kalo gak penting!" ucapku galak.

Kulihat Citrasena memajukan bibirnya sampai beberapa senti. Dia tampak seperti orang yang belum di kasih jatah asmara selama sebulan.

"Aku punya teman cewek di kampung. Dia cantik banget, sumpah!" ungkapnya kemudian dengan mengangkat jari tengah dan telunjuknya ke udara, "Namanya Septia. Panggil aja Tia. Dia itu supel orangnya, baik juga."

"Terus?"

"Siapa tahu aja, ya 'kan? Kamu tertarik sama dia, terus jadian deh."

"Kalo cantik sih, boleh juga."

"Di jamin deh gak bakalan gagal."

"Oke, aku coba."

"Pokoknya semangat, Sufala! Kamu pasti bisa."

Aku mengangguk mengiyakan. Setelah di pikir-pikir usulannya boleh juga untuk di coba. "Jadi, kapan ketemu sama si Lia, Eh.. Tia itu?"

Kulihat Citrasena tengah mengetuk-ngetuk keningnya menggunakan jari telunjuk seolah-seolah sedang berpikir keras. "Kalo bisa sih, secepatnya. Tapi, kapan ya?"

Aku mengerutkan kening, menunggu perkataan yang akan ia lontarkan selanjutnya. Setelah sekian lama terdiam, akhirnya Citrasena kembali berbicara yang berhasil membuatku terkesiap sebelum kemudian mengembangkan sebuah senyuman.

"Gimana kalo besok? Aku atur pertemuan kalian dengan sebaik mungkin."

***

Bersambung,

Sukabumi, 22 Februari 2019.

Hallo! Sufala, update lagi.

Gimana sama cerita Sufala menurut kalian? Suka?

Salam manis dariku,

Sri Azmi.

SufalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang