27. Potong Bebek Jomblo.

24 7 0
                                    

Hai, apa kabar readers setia maupun silent readers?

Maaf ya baru bisa update lagi. Oh ya, apa ada di antara kalian yang nunggu kisah Sufala selanjutnya gak nih? Hehe ngarep 😂

Khusus untuk chapter kali ini, kalian mesti play lagunya Cita Citata - Potong Bebek Jomblo.

Biar kalian juga bisa merasakan apa yang sedang Sufala alami dan itu khusus di chapter ini. Supaya bisa sehati gitu. Asik. Wkwk 😁

Gimana udah di play? Udah siap?

Oke deh kalau gitu. Happy reading ❤

***

potong bebek angsa, masak di kuali
jomblo sudah lama, nyesek tiap hari
galau ke sana, galau ke sini
lalala lala lala lala hihi

Kenapa lagunya sama persis seperti apa yang aku alami? Namun, walaupun begitu, aku tetap menyukainya karena lagu ini enak untuk didengar. Musiknya pun membuatku ingin terus bergoyang.

tiap malam sendirian
tiap malam kesepian
aku butuh kasih sayang
aku butuh perhatian

Ini lagu kenapa menusuk banget sih bagi para jomblo? Asal kalian tahu ya, aku ini setiap malam tidak kesepian. Sejak 1 tahun yang lalu, aku membuat sebuah komunitas yang berisikan 4 orang. Anggotanya terdiri dari aku sendiri, tentunya. Terus di susul oleh Dito, Adi, dan Galih.

Komunitas itu kami namakan dengan....

Komunitas Para Jomblo Prihatin.

Di sini kami berempat bisa seru-seruan bareng, kadang berbagi kisah, suka canda tawa, selalu siap siaga dalam suka maupun duka dan yang paling penting kami suka saling membantu satu sama lain.

Gimana? Keren, 'kan?

sedih rasa hatiku
hampa perasaanku
ku belum ada yang mau
untuk mengisi hatiku

Kenapa pria tampan sepertiku ini sampai sekarang belum juga punya pacar? Sedih banget sih ini lagu. Turut prihatin.

potong bebek angsa, masak di kuali
jomblo sudah lama, nyesek tiap hari
galau ke sana, galau ke sini
lalala lala lala lala hihi

Bodo amat lah mau jomblo, galau, nyesek, atau apapun itu aku tidak peduli. Dan yang terpenting untuk saat ini aku harus happy menikmati kejombloan biar tidak terlihat bego lagi.

Goyang terus, siapa tahu dapat duit.

potong bebek angsa, masak di kuali
jomblo sudah lama, nyesek tiap hari
galau ke sana, galau ke sini
lalala lala lala lala hihi

tiap malam sendirian, tiap malam kesepian
aku butuh kasih sayang, aku butuh perhatian

sedih rasa hatiku, hampa perasaanku
ku belum ada yang mau untuk mengisi hatiku

potong bebek angsa, masak di kuali
jomblo sudah lama, nyesek tiap hari
galau ke sana, galau ke sini
lalala lala lala lala hihi

"Tarik Mang. Geboy, asoy!" kataku sambil terus berjoget dengan gerakan tampak konyol semacam goyang bebek yang mengepakkan sayapnya turun ke bawah, lalu ke atas seperti orang gila.

"Bebek goyang. Eh, salah, goyang bebek. Haha." Citrasena tertawa melihatku joget semacam itu dengan tanpa menghentikan goyangannya seperti orang lagi senam.

"Daripada kamu, joget apa senam?" tukasku tak mau kalah.

"Biarin," katanya sembari memeletkan lidah, lalu kembali bergoyang seperti tadi.

"Dasar cewek, terkadang suka aneh!" gumamku pelan yang sekilas menatap Citrasena dengan perasaan heran.

Memangnya ada ya orang senam pakai lagu dangdut?

"KAMU NGOMONG APA, SUFALA? AKU DENGAR!" teriak Citrasena yang langsung membuatku terkejut bukan main sembari menghentikan aktivitas yang tadi kulakukan.

"Apaan sih? Dari tadi juga aku goyang kayak gini." Aku memperagakan gerakan goyang bebek seperti tadi kepada Citrasena. Dan gadis itu hanya mengerlingkan mata.

potong bebek angsa, masak di kuali
jomblo sudah lama, nyesek tiap hari
galau ke sana, galau ke sini
lalala lala lala lala hihi

Tepat saat lagu itu terputar lagi, kami berdua kembali bergoyang seperti semula dengan diiringi canda dan tawa.

"Sufala, kamu kayak bebek beneran kalau jogetnya gitu. Ah, gila! Goyang yang bener tuh kayak gini biar sehat. Lihat aku baik-baik, ini asik tahu. Coba peragain!"

"Aku gak mau."

"Kamu harus mau lah. Ini rumah aku dan kamu mesti nurut sama tuan rumah. Ngerti?!"

"Lah, kok maksa?!"

"Hak-hak aku dong. Jadi, kamu berani melawan sama tuan rumah dan gak mau nurut gitu, hah?!"

Peraturan macam apa ini tentang tamu harus menuruti perintah tuan rumah, dan sejak kapan peraturan itu berdiri?

Ah, rasanya aku ingin mati saja. Terkadang Citrasena itu menyebalkan. Padahal aku ini lagi asik bergoyang.

"Wahai tuan rumah, maafkan daku yang tidak bisa menuruti keinginanmu. Maka dari itu, lebih baik saya pergi mengikuti kata hati."

Setelah mengatakan itu aku langsung bergegas pergi dengan berlari terbirit-birit. Terdengar suara Citrasena yang menggelegar di depan pintu kamar. Membuatku terkekeh, lalu berpamitan kepada Tante Risa.

Suara gadis itu masih terdengar jelas di telingaku walau aku sudah keluar dari dalam rumahnya. Sungguh, mengganggu sekali.

"SUFALA, JANGAN LARI! AKU SIHIR KAMU JADI LEMARI!"

Menurut kalian Citrasena itu bagaimana? Satu kata untuk dia.

Kalau menurutku gadis itu GILA.

"Ya Tuhan, kenapa aku bisa berteman dengan gadis gila seperti dia?!" kataku sebelum mengendarai motor dan keluar dari halaman rumahnya.

Saat sudah sampai di depan rumahku, tiba-tiba ponselku berdering menandakan ada SMS masuk. Jangan tertawa jika aku masih menggunakannya sebagai media untuk bisa saling berkomunikasi. Karena menurutku hal ini tidak terlalu buruk.

[ Galih tanpa Ratna ]

[ Hai, bro, nanti malam kita kumpul di tempat biasa nongkrong sama anak-anak komunitas lainnya. Gimana? Bisa gak? ]

Read.

Sebenarnya malam ini aku tidak begitu sibuk. Jadi, kemungkinan besar aku bisa kumpul bersama mereka.

Malam ini, mari kita bersenang-senang kawan.

Menikmati kejombloan.

***

Bersambung,

Sukabumi, 10 Mei 2019.

Apa pendapat kalian setelah membaca chapter ini? Kayak kesannya gitu.

Maaf ya kalau gaje 🙏

Semoga kalian tetap suka sama cerita Sufala ❤😇

Oh ya, selamat menjalankan puasa bagi kaum muslimin. Jangan lupa sahur ya!

Salam sayang,

Sri Azmi.

SufalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang