"Aku sadar bahwa kamu bukanlah seseorang yang di takdirkan untukku. Namun, salahkah bila hatiku menginginkanmu?"
💙💙💙
Malam ini aku sedang berada di tempat kumpul biasa buat nongkrong bersama teman-temanku yang juga satu komunitas. Ada Dito, Adi, dan Galih. Oh ya, sebagai informasi yang menjadi ketuanya di sini adalah aku.
Look. Bukankah itu keren?
"Sufala, aku bosen nih ngejomblo terus. Kamu punya ide atau tips gitu gak supaya aku bisa cepet punya pacar?" tanya Galih yang tengah menatapku penuh harap.
Aku bingung setengah mati. Bagaimana tidak? Dari lahir aku ini seorang jomblo. Mungkin lebih tepatnya single. Belum pernah pacaran. Sial. Ngenas banget deh hidupku ini. Dan apa sekarang, Galih malah bertanya semacam itu?
Rasanya hatiku ingin membeludak untuk berkata; Woy! Kalau aku ada ide atau tips biar cepet dapat gebetan, udah dari dulu kali aku pake. Kita ini sama-sama jomblo. Jadi, diam saja lah. Minta pendapat ke sesama jomblo? Yaudah. Mati saja. Gak bakalan dapet, percuma!
"Kenapa gak coba deketin Ratna aja, Gal?" usul Dito membantu memberikan pendapat kepada Galih agar temannya yang satu itu segera memiliki pujaan hati. Ditatapnya Galih yang tampak gusar dan sesekali Dito menahan tawa. "Setelah dipikir-pikir nih ya, kamu itu cocok sama dia. Malah ada loh lagunya juga. Beuh.. Pokoknya mantap deh!" lanjutnya sambil mengacungkan kedua jempol yang diiringi dengan senyuman.
"Galih dan Ratna menjalin cinta," kata Adi bersenandung seolah menyanyikan lagu yang baru saja Dito sebutkan, "cinta bersemi dari SMA," lanjutnya yang langsung di hadiahi jitakan di kepalanya oleh Galih.
"Yeee.. kampret! Aku, Galih Wangun kusumo, gak bakalan jatuh cinta sama cewek macam dia," sanggah Galih setelah melipat tangan di depan dada. Dia berdiri dengan angkuhnya menatapku, Adi, dan Dito secara bergantian. "Siapa tadi namanya?" katanya mendadak lupa.
"Ratna," jawab Adi gemas, "aku pelet juga kamu, Gal. Dasar pikun!"
Galih mengedikkan bahu, tidak peduli terhadap ocehan Adi yang menyebutnya pikun itu. Dia malah berkata, "Nah, iya, Ratna. Ingat baik-baik nih ya, kalian jadi saksinya. Galih tidak akan mencintai Ratna sampai kapanpun. Gadis itu cerewet, galak seperti mak lampir, dan ngeselin." Galih menghela napas perlahan. "Jadi, kesimpulannya, pertama, dia bukan tipeku. Kedua, dia bukan tipeku. Ketiga, dia bukan tipekuuuuu!" teriaknya cukup nyaring.
Aku, Dito, dan Adi saling pandang sebelum kemudian menyeringai. Sepertinya kami harus memanfaatkan kesempatan ini sebelum Galih berubah pikiran. Lalu kami bertiga mengangguk mantap sebelum kembali menatap Galih yang masih berada di posisinya.
"Kamu beneran gak bakalan jatuh cinta sama dia, Gal?!" tanyaku lantang dengan volume suara naik satu oktaf.
"GAK AKAN!" jawab Galih cepat.
"Kamu yakin dia itu bukan tipemu, Gal?!" Kini giliran Dito yang melontarkan pertanyaan.
"YAKIN!" sahut Galih mantap.
"Beneran gak nih?" goda Adi tersenyum jahil," gimana kalau nanti nih ya suatu saat kamu kepincut sama cintanya Rat---"
"GAK BAKAL!" potong Galih tergesa-gesa.
"Kalau itu sampai terjadi, kamu harus traktir kita bertiga makan besar di kantin selama satu bulan berturut-turut, Gal. Gimana, setuju?" kataku cepat hingga Galih langsung menjawab 'setuju' tanpa berpikir terlebih dahulu. Dan hal itu sangat menguntungkan bagi kami bertiga. Akhirnya bisa makan gratis juga selama sebulan dan itu artinya uangku akan tetap utuh di dalam dompet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sufala
Short StoryBAGIKU MENJADI PRIA TAMPAN ITU MASALAH. Namun, bagi kebanyakan orang di anugerahi wajah yang super tampan itu sangat menguntungkan. Mereka dapat berekspresi apa pun dan di mana pun dengan tanpa harus merasa malu. Kebanyakan kamu hawa di dunia ini pa...