Aku lapar.
Karna terlalu lelah, aku memutuskan untuk langsung tidur hingga melewatkan makan malamku.
Dan inilah hasilnya. Terbangun pukul tiga pagi dengan perut yang meronta minta diisi. Dengan kondisi seperti ini, aku tidak bisa melanjutkan mimpi indahku.
Lagi-lagi perutku berbunyi. Aku sangat lapar, dan juga sangat malas turun dari tempat tidur. Tapi aku tidak bisa menahannya sampai besok pagi.
Dengan gerakan malas aku pun menyeret tubuhku keluar dan membawanya menuju dapur. Sesampainya disini aku justru diam, tidak melakukan apapun.
Apa aku sudah pernah bilang jika aku tidak bisa memasak?
Aku melirik meja makan berharap ada sesuatu disana, namun tidak ada. Lalu beralih pada lemari pendingin, tubuhku sedikit bergetar karna hawa dingin yang mendadak menerpa wajahku.
Syukurlah ada banyak bahan makanan disini. Namun sialnya, aku tidak tahu cara mengolahnya. Aku pun menutup kembali benda itu dan berpindah pada lemari makanan di dekat kompor. Berharap ada mie instant di sana. Namun lagi-lagi tidak ada.
Oh ayolah, aku benar-benar tidak bisa memasak. Dan perutku sungguh lapar. Aku menyesal kenapa tidak belajar memasak sejak dulu.
Tapi percuma menyesalinya sekarang. Baiklah, aku akan mencobanya dulu, walaupun tidak enak, aku sendiri yang akan memakannya.
Aku pun membuka kembali lemari pendingin dan mengeluarkan beberapa bahan masakan yang sepertinya aku butuhkan dari dalam sana.
Aku harus mencuci sayurannya dulu bukan?
Tapi dimana wadahnya? Aku tidak tahu letak-letak barang di dapur ini. Dan hal yang aku lakukan selanjutnya adalah membuka setiap bagian yang aku yakini terdapat mangkuk atau semacamnya di dalam sana.
Aku menunduk saat membuka rak piring bagian bawah. Dan aku menemukannya!
Aku segera bangkit dan,
Duk
Kepalaku tersantuk pintu lemari yang lupa aku tutup. Karna tersentak, mangkuk stenlis yang aku pegang pun ikut merasakan sial karna harus mencium lantai. Menimbulkan suara nyaring yang begitu keras.
Aku meringis pelan dan mengusap bagian atas kepalaku. Sepertinya akan menimbulkan benjolan. Aku mengambil mangkok itu dan tidak lupa menutup pintu lemari yang terbuka.
"Suara apa itu?"
Entah aku yang berlebihan atau apa, tapi suaranya membuatku kaget. Dan mangkok itu pun jatuh lagi.
"Kau mengagetkanku!" Ucapku kesal. Mengambil mangkok tadi lalu membawanya menuju wastafel. Aku pun melanjutkan kegiatan cuci mencuci sayuran.
"Kau sedang apa?" Tanyanya yang tahu tahu sudah berdiri disampingku.
"Bisa lihat sendiri kan?" Setelah selesai mencuri, aku bersiap untuk memotong sayuran itu.
Menghindari kejadian barang-barang yang berjatuhan, aku memilih untuk bertanya. "Dimana pisaunya?"
"Biar aku ambilkan." Katanya lalu beranjak membuka laci lemari yang berjarak tidak jauh dariku.
"Kau ingin memasak apa?" Tanyanya sambil menyodorkan pisau yang aku minta.
"Tidak tahu." Jawabku sambil menerima pisau darinya. Benar juga, apa yang akan ku masak? Biarlah. Aku cukup merebus sayuran ini dan menambahkan beberapa bumbu bukan? Garam, gula, saus dan kecap.
Aku memotong sayuran ini asal. Dan laki-laki itu masih setia memperhatikanku dari jarak yang cukup dekat. Dia hanya diam, jadi aku tidak merasa terganggu dengan keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband (Kim Taehyung) ✔
FanfictionLee Hyerim tidak pernah menyangka bahwa nasib sial harus menimpa dirinya. Ia dijodohkan dengan seorang laki-laki yang tak ia kenal sama sekali. Yang Hyerim tau tentang laki-laki itu hanya satu, namanya. Kim Taehyung. Dan Hyerim membencinya, sangat. ...