Jungkook sadar bahwa ia tidak seharusnya di sini. Berdiri di depan pintu kamar Hyerim. Bahkan seharusnya dari awal Jungkook tidak menginjakkan kakinya di rumah ini. Walaupun Taehyung yang meminta, tapi tetap saja ia merasa sudah melakukan hal yang salah. Ia tidak seharusnya bertemu Hyerim. Jelas sekali ini salah.
Jungkook menoleh ke arah Taehyung yang tampak masih menunggunya masuk ke dalam sana. "Hyung."
"Masuklah." Suruh Taehyung.
"Tapi ini kamar Hyerim."
"Tidak apa-apa, masuklah Jung. Aku akan membuatkan bubur untuk Hyerim." Hanya itu. Taehyung melangkahkan kakinya menuju dapur. Meninggalkan Jungkook yang masih mematung di sana.
Beberapa menit ia gunakan untuk berdebat dengan pikirannya. Mau bagaimanapun, ia sudah terlambat untuk menolak. Bodoh.
Jungkook menelan salivanya gugup. Tangannya bergerak ragu meraih knop pintu. Tangan yang satu lagi ia gunakan untuk mengetuk. Jungkook menarik napas panjang lalu menghembuskannya dalam satu helaan.
"Hyerim." Panggilnya saat pintu itu sudah terbuka.
Mendengar suara yang sangat familiar itu, Hyerim dengan cepat mengangkat kepalanya. "Jungkook?"
Jungkook masuk lalu berjalan menghampiri Hyerim. Ia memberikan sedikit celah agar pintu itu tidak tertutup sempurna. Jungkook merasa lebih aman jika seperti itu.
"Oppa, benar itu kau? Aku tidak sedang mengigau 'kan?" Manik terang namun sedikit sayu itu tidak lepas memperhatikan wajah Jungkook.
Jungkook mendaratkan bokongnya di pinggir tempat tidur. "Iya Hyerim, ini aku."
Mendengar itu, Hyerim dengan cepat memeluk tubuh Jungkook. Membuat laki-laki itu sedikit tertunduk akibat pelukan tiba-tiba Hyerim. Tidak. Ini salah. Bagaimana jika Taehyung melihatnya?
Jungkook menarik pundak Hyerim menjauh, namun sang gadis justru mengeratkan pelukannya. "Hyerim." Panggilnya.
"Hiks... Oppa..." Hyerim melepas tangisnya di dada Jungkook. Tidak tahu apa yang ada di otaknya, ia hanya ingin menangis. Meluapkan seluruh emosinya.
"Jangan pergi, kumohon."
Jungkook tidak tahan untuk tidak membalas pelukan ini. Bagaimanapun juga, ia masih sangat mencintai gadis itu. Ditambah lagi tubuh Hyerim yang terasa begitu hangat menggoda Jungkook untuk melingkarkan tangannya di sana.
Jungkook tidak bisa menahan diri. Tangannya perlahan membalas pelukan itu. Memejamkan mata cukup lama. Ia mengusap punggung Hyerim pelan. "Berhenti menangis."
Tangannya beralih pada rambut Hyerim. Ia mengusap surai gadis itu lembut, berusaha menenangkannya.
"Jangan pergi." Pinta Hyerim lagi.
"Aku di sini." Balasnya. "Jangan menangis lagi. Itu menyakitiku."
Maaf, Jungkook melanggar janjinya.
Sudah ia duga, ini tidak akan mudah. Jungkook tidak bisa menolak Hyerim. Dia benar-benar mencintai gadis itu. Dan itu terasa semakin sulit karena Jungkook tahu bahwa Hyerim juga sangat mencintainya.
Mereka saling mencintai. Sebenarnya sedari awal ini tidak akan menjadi sulit. Jungkook hanya perlu menambah sedikit sisi keegoisannya. Lagi pula, ia dan Hyerim sudah menjalin hubungan cukup lama.
Aku mencintainya.
Oh astaga. Kenapa kalimat itu selalu muncul di benaknya sih? Jungkook berharap ia tidak pernah mendengar itu.
"Berjanjilah untuk tidak pergi."
Jungkook diam. Ada beberapa pertanyaan berkecamuk di benaknya. Apa ia boleh membuat janji seperti itu? Apa ia bisa menepati janjinya itu? Apa Jungkook tega melukai hyung nya lebih dari ini? Tapi, apa ia sanggup mengabaikan perasaannya sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband (Kim Taehyung) ✔
FanfictionLee Hyerim tidak pernah menyangka bahwa nasib sial harus menimpa dirinya. Ia dijodohkan dengan seorang laki-laki yang tak ia kenal sama sekali. Yang Hyerim tau tentang laki-laki itu hanya satu, namanya. Kim Taehyung. Dan Hyerim membencinya, sangat. ...