"Pasti akan menyenangkan. Datang saja, lagi pula kapan lagi kita diundang ke acara seperti itu?" Laki-laki berbadan jangkung itu berusaha membujuk yang ditanggapi rotasi bola mata malas dari Mirae.
"Tidak." tolaknya tegas. "Menyenangkan menurutmu dan menyenangkan menurutku itu berbeda. Aku bisa menebak itu akan menjadi pesta yang liar."
Lelaki itu melingkarkan lengannya di bahu Mirae, "Hei, tidak boleh berpikiran negatif seperti itu." katanya sambil menggerakkan jari telunjuknya di depan wajah si gadis.
Mirae hendak menggigit jari yang bergerak bebas di wajahnya, tapi lelaki tadi segera menarik jarinya. Ia menghela lega karna berhasil menyelamatkan diri, "Kalaupun menjadi liar, bukan masalah kan? Memangnya siapa yang bisa mengganggumu?" bujuknya separuh menggoda.
"Tidak mau!" Balasnya masih dengan jawaban yang sama.
"Ayolah... "
"Mirae," langkah dua orang itu refleks terhenti ketika menyadari seseorang kini berdiri di hadapan mereka.
"Oh, hai Jungkook." sapa Mirae sambil tersenyum. "Apa yang kau la— aduh, jauhkan tanganmu, berat!" kesalnya saat dirasa lelaki yang merangkulnya tadi semakin menekan bahunya.
"Katakan dulu kau akan datang." katanya sambil menekan leher Mirae menggunakan punggung lengannya yang membuat dagu Mirae terangkat.
"lepas atau kupatahkan?" ancamnya dengan tangan yang telah bergerak mencengkram pergelangan tangan lelaki tadi.
"O-oh baik, tahan. Jangan ada kekerasan, Nona Jung." lelaki itu pun menarik diri menjauh. "Kau ini tidak ada lembut-lembutnya, bertentangan sekali dengan wajahmu." gerutunya.
"Tidak peduli. Pergi sana." usirnya lalu maju menyambar lengan baju Jungkook dan segera melangkah menjauh dari tempat itu.
Jungkook menurut saja dan membiarkan dirinya ditarik. Mereka kemudian berhenti saat suara lelaki tadi tidak terdengar lagi.
"Ada apa mencariku?" tanya Mirae.
Jungkook terdiam sejenak, kemudian membalas, "Aku ingin mengajak makan siang."
"Baiklah, ayo."
"Ngomong-ngomong, yang tadi itu apa?" tanya Jungkook di tengah langkah mereka.
"Temanku tadi? Bukan hal besar, dia memang biasa seperti itu." balas Mirae mengibaskan satu tangannya di udara.
Biasa ya?
"Teman-temanmu memang kebanyakan laki-laki ya?"
Mirae mengangguk, "Karna di jurusanku isinya 90% laki-laki, jadi, yah teman laki-lakiku lebih banyak."
Jungkook membulatkan bibirnya. Pembicaraan pun terhenti sebatas sana. Hingga akhirnya Mirae menyadari sesuatu kemudian berhenti yang membuat Jungkook ikut berhenti.
"Sebentar," kata Mirae merogoh saku jaket yang ia kenakan. Jungkook hanya menatap dengan tanda tanya.
Setelah menemukan yang di cari, Mirae memberikan benda itu pada Jungkook. "Untukmu."
Jungkook menerimanya, ia memperhatikan kertas kecil yang cukup tebal itu dengan dahi berkerut samar.
"Itu tiket pertandinganku besok, aku harap kau datang."
"Oh?" Jungkook membaca tulisan kecil di sana, "Final?"
"Iya, aku masuk final. Aku ingin kau datang dan mendukungku, kau akan datang kan?"
Jungkook tersenyum, "Tentu saja. Apa aku perlu membawa spanduk besar dengan fotomu di sana?"
"Tidak, tidak. Aku butuh senyummu saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband (Kim Taehyung) ✔
FanfictionLee Hyerim tidak pernah menyangka bahwa nasib sial harus menimpa dirinya. Ia dijodohkan dengan seorang laki-laki yang tak ia kenal sama sekali. Yang Hyerim tau tentang laki-laki itu hanya satu, namanya. Kim Taehyung. Dan Hyerim membencinya, sangat. ...