part 24: lie

11.6K 864 15
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang dan kegiatan yang kulakukan di perpotongan waktu itu hanya mandi. Aku mulai khawatir dengan jam tidurku. Jika ibu tahu, ia pasti sudah memarahiku dengan sepenuh hati.

Sinar matahari langsung menusuk masuk ketika aku menyibak tirai, membuat mataku sedikit menyipit menanggapi cahaya terang itu. Aku meregangkan tubuh pegalku sejenak.

Kemarin hari yang melelahkan, dan juga sangat menyenangkan. Sulit rasanya untuk tidak tersenyum saat mengingat kejadian kemarin sore.

"Sepertinya telingaku kemasukan pasir. Bisa katakan sekali lagi?"

Sesuai permintaannya, aku hendak mengulangi pernyataanku namun Taehyung justru memeluk tubuhku secara tiba-tiba.

Aku protes, berusaha menarik tangannya agar terlepas dari pinggangku, namun Taehyung justru semakin menarikku mendekat. "Harus dekat supaya aku bisa mendengarmu dengan sangat jelas."

"Katakan sekali lagi." Suruhnya.

"Aku mencintaimu Kim Taehyung tuli." Geramku. Bukan masalah pelukannya, hanya saja kami sedang di pantai dengan pengunjung lain yang berada tidak jauh dari sini. Apa dia pikir mereka semua tidak bisa melihat?

"Masih tidak dengar. Mungkin jika bibirmu berada di bibirku, aku bisa men-- Aw!" Aku menginjak kakinya keras lalu pergi, tentu dengan sebuah senyum yang sebisa mungkin kutahan.

Baiklah aku tidak ingin mengingatnya lagi karena jika aku melakukan itu, maka aku akan terlihat seperti orang gila yang tersenyum tanpa sebab.

Siang ini, aku berencana membuatkan Taehyung makanan lalu mengantarkan itu ke tempat kerjanya. Aku tidak tahu di mana perusahaan tempat Taehyung bekerja, aku akan bertanya pada Ibu nanti, Ibu pasti tahu. Aku tidak ingin bertanya dengan Taehyung, itu tidak akan menjadi kejutan untuknya.

***

Aku menepikan mobil. Membaca lagi alamat yang Ibu berikan, kurasa tidak salah lagi, ini tempat Taehyung bekerja.

Kotak bekal dua tingkat dengan sup dan nasi yang terpisah menjadi pengisi tangan kananku selagi berjalan menuju meja resepsionis.

"Permisi, aku ingin bertanya sesuatu." Kataku setibanya di sana.

"Ya? Ada apa?"

"Apa kau tahu di mana ruangan Taehyung? Aku ingin bertemu dengannya."

"Tuan Kim?" Tanya perempuan itu memastikan.

"Hm, ya Kim Taehyung. Kau bisa memberitahuku di mana ruangannya?"

"Kau sudah membuat janji untuk bertemu dengannya?"

"Belum, aku ke sini hanya untuk--"

"Maaf, tapi tuan Kim sangat sibuk. Kau harus membuat janji terlebih dahulu sebelum bertemu dengannya." Selanya cepat sebelum kalimatku selesai.

Sejak kapan aku harus membuat janji untuk bertemu suamiku sendiri?

Dan lagi, kenapa dia memanggil Taehyung dengan sebutan tuan Kim?

Karna sepertinya aku tidak akan diizinkan bertemu dengan Taehyung, aku pun memilih untuk pulang. "Baiklah, terima kasih." Pamitku.

Aku kembali menuju mobil dengan kotak bekal yang tidak sampai pada tujuannya. Hendak menyalakan mobil untuk pulang, namun ponselku berdering sebelum itu.

Aku menjawab panggilan masuk itu lalu mendekatkan ponselku pada telinga.

"Kau sudah sampai di sana? Sudah memberikannya pada suamimu?"

Pertanyaan Ibu segera terlontar. Aku tidak segera menjawabnya karna ada satu hal yang terasa mengganggu. Jadi, aku memutuskan untuk bertanya langsung pada Ibu.

My Husband  (Kim Taehyung) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang