Rasanya hangat, dan nyaman. Sedikit enggan namun pada akhirnya aku membuka mata perlahan. Masih dengan nyawa yang baru terkumpul setengah, aku mencium aroma maskulin yang terasa cukup dekat.Ini bukan parfumku.
Tunggu,
Sejak kapan gulingku sebesar ini?
Oh astaga!
Dengan cepat aku menarik tanganku lalu menjauh saat tersadar bahwa aku sedari tadi memeluk seseorang. Kantukku hilang dalam sekejap.
"Sudah bangun?" Suaranya serak khas bangun tidur, rambut sedikit berantakan dan mata satu itu membuatku merasakan getaran aneh.
Namun aku mengabaikannya dan balik bertanya, "Kenapa kau tidur di kamarku?"
"Sepertinya aku ketiduran." Balasnya sembari menggaruk kepala asal.
"Apa semalam aku mabuk?" Tanyaku. Aku tidak ingat apa yang kulakukan semalam. Aku hanya mengingat bagian Jungkook yang membuangku, setelahnya aku tidak ingat apapun.
"Ya, sangat mabuk."
"Apa aku mengatakan sesuatu padamu?" Bicara melantur saat mabuk adalah hal yang biasa, namun aku merasa seperti telah mengatakan sesuatu yang penting padanya.
"Sesuatu seperti?" Taehyung menatapku tidak mengerti.
"Entahlah, aku hanya merasa telah mengatakan sesuatu yang penting."
Taehyung tampak berpikir sejenak lalu kembali membuka mulut. "Tidak ada. Kau tidak mengatakan hal penting apapun."
"Begitu ya." Mungkin hanya firasatku saja. Lagipula hal penting apa yang akan kukatakan? Paling aku hanya meracau tentang Jungkook. Laki-laki jahat sekaligus kelinci terimutku.
Ah iya, dia bukan lagi kelinciku. Jungkook bukan milikku lagi.
Sebagai sampah yang sudah dibuang, setidaknya aku harus memiliki harga diri. Malam itu, malam terakhir aku mengemis padanya. Ya, itu yang terakhir kalinya. Aku tidak akan membiarkan diriku seperti itu lagi.
Aku tidak akan membuang harga diriku untuk yang kedua kalinya.
"Aku akan membuat sarapan." Kalimat Taehyung membuatku tersadar dari luka yang hampir saja terbuka. Laki-laki itu kini telah bangkit dari tempat tidur.
"Kau ingin apa?"
"Roti saja."
Taehyung mengangguk sekilas lalu melangkahkan kakinya pergi.
Aku menatap tubuh yang mulai menjauh itu, membaca sekilas tulisan di bagian belakang kaos yang ia kenakan.
Stop lie to yourself
Kalimat itu diawali dengan kata pertama yang dicetak sangat besar lalu diikuti kalimat tambahan di bawahnya. Sepertinya aku pernah menemukan tulisan itu. Di poster? Spanduk? Surat kabar?
Tidak tidak.
Tapi dimana? Kalimat itu terasa tidak asing.
Apa ia mendapatkan kaos itu dari kegiatan kemanusiaan?
Aku sungguh yakin pernah menemukan tulisan itu, sama persis, bahkan jenis hurufnya juga.
Ah, sudahlah! Lagipula itu hanya kaos. Mungkin saja aku pernah melihat kaos itu di mall atau semacamnya.
***
Aku mendorong piring yang telah kosong di hadapanku sedikit menjauh. Meletakkan kedua tangan di atas meja lalu menatap Taehyung. "Bagaimana dengan perceraian kita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband (Kim Taehyung) ✔
FanfictionLee Hyerim tidak pernah menyangka bahwa nasib sial harus menimpa dirinya. Ia dijodohkan dengan seorang laki-laki yang tak ia kenal sama sekali. Yang Hyerim tau tentang laki-laki itu hanya satu, namanya. Kim Taehyung. Dan Hyerim membencinya, sangat. ...