Selama berada di pesawat,Hyerim tidak tenang sama sekali. Pemikiran buruk tidak bisa dienyahkannya begitu saja, ada banyak ketakutan dan kalimat bagaimana jika yang terus mengganggunya.
Jarinya saling meremas. Mengetukkan kaki berkali-kali. Tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu pesawat itu mendarat. Ia menatap keluar jendela, berusaha mengalihkan rasa takutnya. Namun tak ada yang bisa dilihat selain buntalan awan putih.
Sementara itu Taehyung sedari tadi melirik dari sudut matanya. Ia tahu Hyerim pasti sangat ketakutan sekarang. Jadi Taehyung berusaha menguatkan Hyerim dengan meraih tangan itu. Menyelipkan jarinya di sela jari Hyerim lalu menggenggamnya erat yang membuat Hyerim menoleh padanya.
"Semua akan baik-baik saja." Ucap Taehyung lembut namun sangat yakin.
Hyerim menarik sudut bibirnya tersenyum tipis lalu menganggukkan kepalanya.
Selama di pesawat, Taehyung tidak melepas tangan Hyerim sedikitpun. Ia harus menggenggam tangan Hyerim terus agar Hyerim tahu bahwa dia tidak pernah sendirian. Taehyung akan selalu ada di sampingnya, menemaninya, dan menggenggam tangannya erat.
Hingga akhirnya pesawat pun mendarat, hari sudah mulai gelap karena mereka menghabiskan waktu sepuluh jam dalam pesawat. Taehyung dengan cepat mencari taksi untuk segera ke rumah sakit. Mereka tidak pulang dulu, Hyerim meminta untuk segera ke sana.
Sebenarnya Taehyung mengkhawatirkan kondisi Hyerim. Selama di pesawat Hyerim tidak tidur, Taehyung khawatir ia akan kelelahan, mengingat tubuhnya yang lemah karena sedang mengandung. Namun Taehyung juga tidak bisa menyuruh Hyerim untuk istirahat dulu di saat seperti ini. Hyerim sudah pasti tidak akan mendengarkannya.
Tapi setidaknya Taehyung bisa mengawasi Hyerim. Seperti saat Hyerim hendak berlari begitu keluar dari taksi, Taehyung segera menahan tangannya.
Sebelumnya Hyerim telah menghubungi ayahnya untuk menanyakan ruangan tempat Ibunya di rawat.
Mereka pun kini bergegas menuju ruangan itu. Taehyung bisa merasakan telapak tangan Hyerim yang basah akibat keringat. Ia pun menggenggamnya semakin erat.
Akhirnya mereka pun tiba pada ruangan tempat ibu Hyerim dirawat. Hyerim menenguk ludah sebelum tangannya bergerak membuka pintu itu pelan.
"Hyerim."
Hyerim menoleh lalu menemukan ayahnya yang sedang duduk pada kursi di samping ranjang pasien. Ia segera masuk, perhatiannya langsung terfokus pada sosok wanita yang tengah memejamkan matanya dengan beberapa alat medis di tubuhnya.
"I-ibu... Bagaimana-" Hyerim tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Ia segera menghampiri ibunya lalu menyambar tangan yang terhubung pada selang infus.
"Ibu baik-baik saja Hyerim, operasinya lancar. Dokter bilang sejauh ini semua terkendali." jelas ayahnya.
Hyerim sungguh senang mendengar itu. Air matanya keluar tanpa bisa ia tahan. Ia menciumi tangan ibunya berkali-kali. Begitu bersyukur karena hal buruk di pikirannya tadi tidak ada yang terjadi.
"Kenapa masih menangis? Ibumu baik-baik saja." tegur ayahnya.
Hyerim menggelengkan kepalanya. "Hiks... T-tidak tahu ayah- hiks.... K-keluar sendiri."
Ayah Hyerim tersenyum lembut sebelum menarik putrinya itu ke dalam pelukannya. Ia menepuk punggung Hyerim pelan, "Sudah. Anak cantik ayah tidak boleh menangis di depan suaminya. Ibu juga agar menegurmu jika mengetahuinya."
Hyerim melepas pelukan ayahnya, ia lalu mengelap jejak air mata di pipinya. "Kapan Ibu sadar?"
"Satu atau dua hari lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband (Kim Taehyung) ✔
FanficLee Hyerim tidak pernah menyangka bahwa nasib sial harus menimpa dirinya. Ia dijodohkan dengan seorang laki-laki yang tak ia kenal sama sekali. Yang Hyerim tau tentang laki-laki itu hanya satu, namanya. Kim Taehyung. Dan Hyerim membencinya, sangat. ...