Setelah selesai bertemu Jungkook, aku memilih untuk segera pulang. Membuka pintu, aku melangkahkan kakiku masuk. Keadaan rumah sama seperti sebelum aku pergi. Perbedaannya, Taehyung yang kini menghiasi ruang tamu. Ia duduk di atas sofa dengan posisi kaki yang menjulur ke depan. Menyadari keberadaanku ia segera menoleh dengan pandangan yang tertuju pada kantong plastik di tanganku.
"Apa itu?"
Aku menghampirinya, meletakkan makananku di atas meja kemudian mendudukkan diri. "Makanan. Pacarku membelikannya tadi."
"Jadi kau keluar untuk ini?" Aku tidak suka melihat raut wajahnya yang mendadak tidak bersahabat. Mengabaikan hal itu, aku mengangguk dan mulai membuka bawaanku.
"Kau mau?" Tawarku.
"Tidak. Dia membelikannya untukmu, bukan untukku." Kenapa suaranya terdengar ketus?
Aku mengangkat bahuku kecil lalu mulai menikmati makan malamku. Aku tahu ia sedang memperhatikanku dari sudut matanya, cukup kentara.
Yakin ia ingin mengatakan sesuatu, aku pun bertanya, "Ada apa?"
Taehyung diam sesaat, membiarkanku terus menatapnya dengan tanda tanya.
"Seperti apa dia?" Ia memang sedang bicara padaku, namun matanya terpusat pada guci besar di sudut ruangan.
"Apa?" Tanyaku spontan.
"Kekasihmu. Dia orang yang seperti apa." Ulangnya.
Aku meletakkan makananku kembali ke meja, menatapnya bingung. "Kau sudah pernah bertanya tentang itu."
"Apa dia baik?" Ia masih belum melihat ke arahku. Oke, sepertinya ia memang sedang tertarik dengan guci yang sudah ada sejak awal aku tinggal di rumah ini.
"Sangat baik." Tentu saja. Ini Jungkook. Kata 'baik' saja tidak cukup untuk menggambarkannya. Sudah kubilang, dia malaikat. Malaikat bergigi kelinci yang sangat menggemaskan ketika tersenyum. Namun menyimpan otot-otot yang luar biasa di balik kaos tipisnya.
"Kau bahagia bersamanya?"
Aku tidak tahu arah pembicaraan ini akan ke mana. Pertanyaan memutar tanpa masuk ke inti. Aku bahkan belum menyelesaikan makan malamku.
"Sebenarnya, apa yang ingin kau bicarakan?"
"Jawab saja." Ucapnya penuh perintah.
"Tentu saja aku bahagia. Memangnya kenapa sih?" Tanyaku yang mulai kesal dengan sesi wawancara ini.
"Apa ia pernah membuatmu sedih?"
"Tidak pernah."
"Kau begitu mencintainya?" Suaranya terdengar sangat berat. Seolah kalimat itu sangat sulit untuk terucap.
"Kenapa bertanya?" Balasku.
"Jadi kau tidak mencintainya?"
"Tentu saja aku mencintainya!" Jawabku cepat.
Ia menghela napas panjang. "Begitu." Gumamnya kecil.
Ia memutar tubuhnya ke samping. Akhirnya dia menatapku. Tapi ada yang berbeda dari tatapan itu. Cukup lama. Seolah mencari sesuatu yang terlukis samar di wajahku. Matanya terlihat sayu, napasnya juga terdengar tidak normal. Ada yang salah darinya.
Aku memiringkan kepala, mengamati air wajahnya, "Kau sakit?"
Taehyung diam. Ia membasahi bibirnya lalu menelan ludah. "Bagaimana perasaanmu padaku?"
Mata itu masuk begitu dalam. Manik indah itu terkunci pada satu titik yang aku yakini adalah mataku. Iris kami bertemu. Saling mencari sesuatu di sana. Tidak tahu dengan Taehyung, yang jelas aku mencari maksud dari pertanyaan-pertanyaan yang ia lontarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband (Kim Taehyung) ✔
FanficLee Hyerim tidak pernah menyangka bahwa nasib sial harus menimpa dirinya. Ia dijodohkan dengan seorang laki-laki yang tak ia kenal sama sekali. Yang Hyerim tau tentang laki-laki itu hanya satu, namanya. Kim Taehyung. Dan Hyerim membencinya, sangat. ...