Langit sudah gelap saat aku memutuskan untuk keluar rumah. Langkah yang sangat pelan membuatku berhasil menghindari Taehyung yang sepertinya sedang di kamar. Aku tidak kabur. Hanya saja pasti akan sulit keluar jika aku bertemu dengannya, jadi aku memilih untuk pergi diam-diam.
Aku ingin menemui Jungkook. Meluruskan semuanya. Mulai hari ini, aku dan Taehyung tidak memiliki hubungan apapun. Aku tinggal menandatangani suratnya. Dan semua beres. Tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi. Taehyung bukan lagi suamiku, dan aku bukan lagi istrinya.
Bukankah tidak ada alasan lagi untuk Jungkook meninggalkanku?
Aku dan Jungkook bisa melanjutkan hubungan kami dan melangkah ke jenjang yang lebih serius. Pikirku. Sialnya Jungkook tidak satu pemikiran denganku.
Sambutan yang kuterima saat tiba di rumahnya sungguh luar biasa. Rumah yang dulunya bagai rumahku sendiri kini tidak menerimaku lagi. Bukan rumahnya, namun pemiliknya. Jungkook bahkan tidak ingin bertemu denganku.
"Bibi, kumohon." Jelas sekali aku terlihat seperti pengemis sekarang.
"Maaf nona. Tapi tuan Jungkook tidak memperbolehkanmu masuk." Tidak masuk akal. Kenapa Jungkook memperlakukanku seperti ini?
Tapi aku tidak menyerah secepat itu. Bagaimanapun juga, aku harus bertemu dengannya. "Kalau begitu, suruh dia keluar. Sebentar saja. Ada yang ingin kubicarakan."
Namun gelengan kepala lah yang kuterima.
"Maaf, nona."
Oh astaga. Rasanya aku ingin membakar rumah ini sekarang juga agar Jungkook bisa keluar dari dalam sana. Aku menatap pintu rumah itu kesal. Langit benar-benar gelap dan aku datang ke sini untuk hal yang sia-sia. Luar biasa.
"Nona pulang lah." Sudah tidak diizinkan masuk. Sekarang diusir. Apa ini bisa jauh lebih menyedihkan? Seperti hujan lebat mungkin. Tidak tidak, aku tidak suka hujan.
Aku mengambil langkah mundur beberapa meter. Menatap lurus ke arah jendela kamar Jungkook.
"JUNGKOOK KELUAR LAH!" Kedua tanganku kugunakan sebagai pengeras suara dadakan.
"Nona, tolong jangan berteriak."
"AKU INGIN BICARA." Aku terus saja meneriakinya dari sini. Meski aku sendiri tak yakin Jungkook ada di kamarnya atau tidak.
"AKU TIDAK AKAN PULANG SEBELUM BERTEMU DENGANMU." Beberapa tetangga mulai memberikan tatapan heran mereka ke arahku. Oh bagus, aku mempermalukan diri sendiri. Ayo Hyerim teruskan. Kau sangat menyedihkan saat ini.
"Tuan Jungkook tidak ingin bertemu denganmu, nona. Tolong pulang lah." Pengurus rumah Jeon tampak frustasi sendiri. Maaf Bibi, tidak bermaksud membuat pekerjaanmu menjadi sulit. Hanya saja aku perlu bertemu Jungkook saat ini.
Aku tidak ingin kehilangannya.
"Bibi, aku mohon. Sebentar saja. Aku ingin bicara dengannya." Aku tidak tahu ekspresi memelas seperti apa lagi yang harus kugunakan. Tapi Bibi itu tetap saja menggelengkan kepalanya.
"Pulang lah." Suruhnya lalu meninggalkanku yang masih berdiri di depan pintu. Aku melirik arloji. Oke, ini sudah hampir satu jam. Dan malam semakin larut. Taehyung pasti sadar bahwa aku tidak ada di rumah.
Aku menatap pintu itu lagi. Mendesah berat, kini aku mulai putus asa. Suhu udara semakin dingin di luar sini. Aku terus saja menggesekkan lenganku bergantian.
"Jungkook." Panggilku lagi. Tentu laki-laki itu tidak akan mendengarnya kecuali jika ia berdiri di belakang pintu. Aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa selain berdiri layaknya orang bodoh di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband (Kim Taehyung) ✔
FanfictionLee Hyerim tidak pernah menyangka bahwa nasib sial harus menimpa dirinya. Ia dijodohkan dengan seorang laki-laki yang tak ia kenal sama sekali. Yang Hyerim tau tentang laki-laki itu hanya satu, namanya. Kim Taehyung. Dan Hyerim membencinya, sangat. ...