Aku mengatur letak buku-buku dalam tas berukuran sedang milikku. Kelas hari ini telah selesai, dan aku tidak punya rencana apa pun setelah ini.
Rumah kosong, hari ini Taehyung sudah mulai bekerja, dan sampai sekarang aku tidak tahu apa pekerjaannya. Ia hanya meninggalkan makanan di atas meja dengan kertas kecil yang bertuliskan bahwa ia sudah berangkat kerja. Sepertinya ia pergi sangat pagi, jauh sebelum aku bangun tidur.
Mengenai hal semalam, aku tidak tahu pukul berapa aku tertidur dan aku juga tidak tahu kapan ia keluar dari kamarku. Intinya saat aku terbangun, semua seperti biasa, lampu kamar yang mati dan pintu kamar tertutup. Seolah tidak terjadi apa-apa.
Walau sebenarnya memang tidak terjadi apa-apa.
Ia hanya memelukku, tidak lebih, jadi aku anggap itu bukanlah hal yang berarti. Dan aku tidak ingin memikirkan itu lagi, termasuk kata-katanya, aku juga memutuskan untuk tidak membahas hal 'mengapa ia menyentuhku tanpa izin' dengannya. Meski dalam hati aku sangat ingin memarahinya.
Langkahku terhenti ketika melihat sekelompok orang yang berkerumun membuat lingkaran besar yang cukup abstrak. Tidak ramai, sekitar enam orang. Aku pun mengarahkan kakiku menuju kerumunan itu.
Dan aku mendapati seorang laki-laki yang sedang terduduk di lantai dengan buku-buku yang terkeluar dari tasnya. Aku juga bisa melihat kacamatanya yang terletak tidak jauh dari tempatnya dengan kondisi yang sudah rusak seperti terinjak.
"Pergilah, ini bukan tontonan untukmu." Titah salah satu dari mereka yang menyadari keberadaanku. Akhirnya aku sadar kondisi saat ini.
Laki-laki itu sedang dibully.
"Apa yang kalian lakukan?" Meski tahu bahwa ini adalah pembully-an tapi aku masih bertanya.
Aku merutuki beberapa orang yang hanya lewat begitu saja tanpa berniat membantu, mereka hanya sekedar melirik, dan setelah itu berlalu. Mereka tidak punya hati atau tidak punya otak sih? Atau justu keduanya?
Bugh
"Hei! Hentikan!" Teriakku spontan ketika salah satu dari mereka menendang punggung laki-laki yang masih terduduk di lantai tanpa berniat untuk bangun.
"Tutup mulutmu dan pergilah. Ini urusan kami." Ucapnya dingin. Aku justru berlari ke arah laki-laki bodoh yang hanya bisa meringis menahan sakit di punggungnya.
"Kau tidak apa-apa? Kenapa diam saja?" Tanyaku khawatir bercampur kesal. Aku memunguti buku-bukunya yang berhamburan dan memasukkannya ke dalam tas yang tidak jauh darinya.
"P-pergilah." Bukannya berterimakasih ia justru mengusirku. Aku tahu ia mengusirku dengan maksud agar aku tidak bernasib sama sepertinya. Tapi maaf saja, aku tidak sebodoh itu.
"Hei gadis aneh, menyingkir dari sana!"
Aku tertawa sekilas lalu berdiri dan menghampiri laki-laki yang baru saja mengataiku itu. "Hei gila, kau sudah kuliah tapi masih melakukan hal murahan seperti ini, otakmu tertinggal ya?"
Laki-laki itu terlihat sangat marah dengan kalimatku barusan. Aku terlonjat kaget saat tangannya naik meremas kerah bajuku, membuat tubuhku sedikit terangkat.
"Berhenti! Dia pacarnya Jeon Jungkook, jangan berurusan dengannya." Kulihat salah satu dari mereka menahan tangannya yang bersiap untuk memukul wajahku. Ia pun melepaskan genggamannya kasar, atau bisa dibilang sedikit melempar tubuhku. Aku sedikit terhuyung ke belakang, tapi tidak sampai terjatuh.
Woah! Jungkook ku cukup terkenal ternyata.
"Ck! Kali ini kau kulepaskan, pucat!" Ucapnya pada laki-laki yang masih juga tidak berdiri dari duduknya, sepertinya ia sangat menyukai lantai ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband (Kim Taehyung) ✔
FanfictionLee Hyerim tidak pernah menyangka bahwa nasib sial harus menimpa dirinya. Ia dijodohkan dengan seorang laki-laki yang tak ia kenal sama sekali. Yang Hyerim tau tentang laki-laki itu hanya satu, namanya. Kim Taehyung. Dan Hyerim membencinya, sangat. ...