Entah bisa disebut kencan atau tidak. Namun Taehyung dan Hyerim menghabiskan waktu mereka untuk menikmati keindahan kota Seoul. Perceraian mereka sebentar lagi, jadi sebisa mungkin Taehyung ingin membuat kenangan manis dalam hidupnya.Hyerim juga tidak menolak. Gadis itu merasa bosan jika di rumah seharian.
Waktu berjalan cepat selama mereka mengelilingi kawasan Hongdae. Seperti biasa, tempat ini selalu membuat penikmatnya lupa waktu. Lampu-lampu sudah dinyalakan, membuat pemandangan sekitar jauh lebih indah. Mereka tidak lelah sama sekali, padahal sudah hampir seharian mereka berkeliling.
Taehyung sendiri berharap ini tidak cepat berakhir. Selain hari ini, kapan lagi ia dan Hyerim bisa menghabiskan waktu bersama? Lusa mereka akan bercerai, omong-omong. Setelah itu mereka akan hidup masing-masing dengan pasangan masing-masing pula.
Cuti yang diberikan ibunya masih tersisa dua minggu. Taehyung berencana untuk menghibur dirinya sendiri dengan membeli sebuah tiket menuju salah satu negara di kawasan Eropa. Belanda mungkin. Entahlah, ia akan memikirkannya setelah bercerai dengan Hyerim nanti. Untuk saat ini, hanya Hyerim. Tidak ada hal lain yang dipikirkannya selain istrinya itu.
Istri. Taehyung masih akan menggunakan kata itu dalam dua hari kedepan. Siapa sangka Taehyung akan menjadi duda secepat ini?
Tapi Taehyung tidak menyesal. Jangankan satu bulan. Satu minggu saja ia sudah bersyukur. Setidaknya ia pernah memiliki sesuatu yang sedari dulu ingin ia miliki. Lee Hyerim.
Ternyata Kim memang jauh lebih cocok daripada Lee. Kim Hyerim terdengar lebih pas di telinganya. Atau hanya perasaan Taehyung saja.
Merasakan tangannya disenggol, Taehyung segera menoleh dan mendapati Hyerim yang terlihat sangat senang seperti baru saja mendapat tiket konser gratis.
"Taehyung, aku ingin ke sana sebentar." Katanya menunjuk ke arah kerumunan di depan sana.
Taehyung mengangguk.
"Kau juga mau?" Tawar Hyerim.
"Tidak. Kau saja."
Setelah mendengar itu, dengan cepat Hyerim menghampiri objek tujuan barunya. Menyisakan Taehyung yang tersenyum memandangi punggung gadis itu.
Ia tidak melakukan apapun. Hanya bola matanya yang setia mengikuti pergerakan Hyerim. Bibirnya masih terus menampilkan senyuman kecil yang cukup menyakitkan di mata orang lain.
Ia mengehela. "Kenapa aku begitu mencintaimu, Hyerim-ah?" Tidak ada yang mendengarnya. Sepertinya ia punya kebiasan baru sekarang. Bicara saat tidak ada yang bisa mendengarnya
"Jika saja perasaanku sama sepertimu, mungkin aku tidak akan sesakit ini bukan?" Tentu saja. Luka yang dalam akan menimbulkan darah yang banyak. Itu bagai rumus. Semakin besar perasaanmu, maka semakin menyakitkan pula.
"Ini sangat tidak adil untukku." Protesnya. Entah pada siapa. Mungkin pada dirinya sendiri. Pada hati bodohnya yang salah menempatkan pilihan. Jika bukan Hyerim, mungkin ia tidak akan seperti ini sekarang.
Taehyung mengangkat kepalanya. Menatap langit yang sudah mulai menggelap. Mungkin sebaiknya setelah ini mereka pulang. Ah tidak, ada banyak hal yang bisa dilakukan. Berkeliling sungai Han misalnya. Atau membeli beberapa aksesoris kembar. Sama seperti pasangan lainnya.
"Tae-hyung?"
Taehyung segera menoleh. Mengetahui siapa yang baru saja memanggilnya, Taehyung lantas tersenyum. Meski dengan masker yang menutupi sebagian wajah, Taehyung masih dapat mengenalinya.
"Jungkook." Sapanya balik.
Jungkook membuka maskernya. Namun tidak melepasnya, benda itu kini menutupi bagian bawah dagu. "Hyung bersama siapa? Sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband (Kim Taehyung) ✔
FanfictionLee Hyerim tidak pernah menyangka bahwa nasib sial harus menimpa dirinya. Ia dijodohkan dengan seorang laki-laki yang tak ia kenal sama sekali. Yang Hyerim tau tentang laki-laki itu hanya satu, namanya. Kim Taehyung. Dan Hyerim membencinya, sangat. ...