"Kita perlu bicara." Hyerim tanpa sadar meremas plastik yang dipegangnya. Ia hendak maju mendekati Jungkook, namun laki-laki itu segera menyela.
"Kurasa tidak."
Langkah Hyerim pun terhenti.
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan." tambah Jungkook cepat. Wajahnya terlihat begitu dingin.
Hyerim menenguk salivanya. Jujur, tatapan tajam itu membuatnya takut, tapi ia tidak bisa berhenti. Ia tidak ingin hubungannya dengan Jungkook terus seperti ini. Bagaimana pun juga dirinya dan Jungkook pernah saling mengisi. Mereka tidak boleh berakhir seperti ini.
"Jungkook, kita tidak harus saling membenci." Hyerim kembali mendekat. Untungnya Jungkook tidak berusaha menghindar saat jarak mereka hanya selang beberapa langkah.
Hyerim memberanikan diri menatap mata Jungkook. Ekspresi Jungkook masih sama, tidak berubah sedikitpun. "Aku tidak ingin kita berakhir seperti ini." ucap Hyerim penuh permohonan.
"Lalu? Kau ingin aku menjadi selingkuhanmu?" Jungkook bertanya dengan nada yang begitu sarkatis.
"K-kita bisa berteman." Hyerim tidak bisa menyembunyikan kegugupannya lagi. Sosok Jungkook yang seperti ini begitu asing untuknya.
Jungkook tertawa sinis, "Teman?"
"Ah benar, kita bisa berteman. Aku akan mengunjungi rumahmu setiap hari, lalu saat Tae hyung tidak ada kita bisa melakukan hal yang menyenangkan. Begitukah?"
"Jungkook... "
"Atau, saat Tae hyung ke luar kota kau bisa menginap di rumahku. Tentu itu tidak akan menjadi masalah karena kita sudah berteman, bukan?" Jungkook menaikkan alisnya. Ia bisa melihat raut wajah Hyerim yang seperti sedang menahan emosi.
"Apa itu yang kau inginkan, Hyerim-ssi?" pancingnya lagi. Jungkook sengaja mengatakan itu semua agar Hyerim semakin membencinya.
"Jungkook, kumohon jangan seperti ini." wajah Hyerim memerah. Ia menatap Jungkook dengan ekspresi terluka.
Kalimat yang Jungkook ucapkan benar-benar mempertegas hubungan mereka. Hyerim tahu, memperbaiki hubungannya dengan Jungkook bukan hal yang mudan. Hanya saja Hyerim tidak ingin dibenci seperti ini. Hyerim sungguh tidak ingin dibenci oleh Jungkook.
"Aku tidak ingin kita saling menyimpan dendam."
"Bukankah itu jalan terbaiknya? Kau membenciku, aku membencimu." balas Jungkook santai.
"Aku tidak membencimu, Jeon. Kalimatmu waktu itu memang sangat menyakitiku. Aku sempat membencimu tapi aku tidak bisa terus-terusan melakukan itu. Bagaimana pun juga, kau pernah menjadi satu-satunya orang yang berada di sampingku. Hidupku yang sepi terasa begitu menyenangkan karena dirimu...." Hyerim gagal menahan air matanya. Padahal sedari tadi ia berusaha keras untuk tidak menangis. Hyerim tidak ingin menangis lagi, hanya saja matanya tidak mau berkompromi.
Raut wajah Jungkook pun melembut. Susah sekali mempertahankan ekspresi dinginnya ketika melihat Hyerim seperti itu. Ia juga berusaha keras menahan diri untuk tidak menarik Hyerim dalam pelukannya.
Jungkook berdeham. Ia harus mengendalikan dirinya. Ia tidak boleh terbawa suasana dan membuat dirinya kembali melukai Taehyung.
"Itu hanya masa lalu. Pulang lah, Tae hyung bisa marah jika tahu kau keluar sendirian." nada suara Jungkook sudah tidak sedingin tadi.
"Tidak bisakah kita berteman?" Hyerim masih belum menyerah.
"Tidak bisa, Hyerim. Mudah bagimu bicara seperti itu karena kau sudah tidak mempunyai perasaan apapun lagi padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband (Kim Taehyung) ✔
FanfictionLee Hyerim tidak pernah menyangka bahwa nasib sial harus menimpa dirinya. Ia dijodohkan dengan seorang laki-laki yang tak ia kenal sama sekali. Yang Hyerim tau tentang laki-laki itu hanya satu, namanya. Kim Taehyung. Dan Hyerim membencinya, sangat. ...