Chapter - 16

15 2 0
                                    







Semenjak  Raka sering berkunjung ke rumah dua kali bukan bahkan lebih, ia  mulai mengenal tali silahtuhrahmi dari pihak suaminya, ia juga menerima kucing itu dan menamakannya lala. Kesepiaannya berkurang dengan kehadiran lala disisinya mereka akan bermain bersama saat nisbah ada disana. Kucing putih anggora ini lincah dan menggemaskan, ia teringat saat ia bermain bersama sepupunya cucu dari adik kakeknya, ia menganggap mereka sepupuan walau sebenarnya itu apa ? kurang mengerti tali keturunan keluarga dan mereka berdarah spanyol. Ia lebih dengan ayahnya yang berasal dari sana saat keluarga besar berkumpul, Zahrina dan meela bermain bersama kucing anggoranya yang berwarna kuning saking lucunya dan imut, kucing yang bernama weelo itu hampir sesak dengan sentuhan mereka berdua sampai akhirnya ibu datang dan menhentikan mereka dan ibu mengendong dirinya dan menyentuhnya dengan lucu seperti mencubit kecil pipinya yang pink merona.


Sekarang itu cuma hanyalah mimpi yang terindah baginya. Zahrina hanya mengelus lala di pangkuannya sedang lala terbuai nyaman, ia kaget dengan bunyi telepon diruang tamu yang tembus keruangnya, iamulai beranjak dan ketika itu juga mbak kati membuka pintu.

" Nona, orangtua Nona menelpon !"

Zahrina mendekat dan mengatakan ya !

ia menutup pintu ruangannya, ia menuju keruang tamu, ia mengangkat.

"halo!"

suara ayah terdengar di telepon. Zahrina tersenyum dan berkata.

" Assalamualalkum!"

sejenak ayah terdiam dan tertawa.

"Waalalkumsalam!"

"Ada yang ingin ayah sampaikan sesuatu padamu dan suamimu, jadi dalam waktu singkat ini ayah akan menunggumu dan suamimu untuk datang kerumah."

ayah mengatakan itu dengan jelas dan singkat seketika itu Zahrina terdiam, bagaimana caranya dia bisa membujuk Ril untuk pergi bersamanya sedangkan dirinya selalu diabaikan.

"Zahrina, kamu masih disana sayang ?"
tanya ayah.

"iya, yah !"

"jangan memaksakan dirimu dan jangan terlalu dipikirkan, kamu bisa datang kalau ada waktu luang. Ayah tidak memaksa, kamu juga memikirkan suamimu yang sibuk dan juga tentang ayah kan? hubungi ayah jika kamu ingin datang."

"Baiklah"

"zahrina kesayangan ayah sehat kan? tidak terjadi apa-apa kan ??"

"tidak, tidak, zahrina baik-baik saja."


Telepon ditutup saat keduanya mengucapkan salam. Zahrina masih merasa susah untuk mengatakan ini, bagaimana caranya? apa dia harus menulis surat dan memasukkannya lewat sela di bawah pintu suaminya atau mungkin dia menyuruh mbak kati untuk menyisipkan surat itu ke kantong jas suaminya. Zahrina mulai bimbang mungkin kali ini ia perlu waktu mungkin seminggu atau lebih baik sebulan.


hari ini Zahrina tidak memainkan piano karna ia terlalu sibuk bermain bersama Lala dan juga setelah shalat zuhur nanti Zahrina akan mengajar nisbah mengaji. Biarlah ia berlibur bermain pianonya tidak lupa Zahrina mencurahkan semuanya dibuku itu, ia juga teringat sesuatu diwaktu tidur semalam, ia bermimpi bersama lelaki yang masih kecil dirinya merasa sangat mengenalinya, tapi siapa? mereka bermain dan kejar-kejaran seolah itu pernah dirinya alami dulu, tapi kapan? mungkin itu hanyalah mimpi. Ketukan pintu ternyata hanya Nisbah.

Zahrina SyalwaaisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang