Part 13 ( Ketemu Camer? )

43.3K 1.7K 11
                                    

Happy Reading🤗
Warning : Typo bertebaran!

Yang tua udah tentu muda.
Yang muda belum tentu tua.
~Rama Dewanta~

Masih diam. Lebih tepatnya Deon gelisah. Mengapa Caca tidak kunjung kembali? Apa dia diculik? Apa dia selingkuh? Atau... agh sudahlah. Memikirkan Caca bisa-bisa Deon menjadi gila.

Gila karena kecantikannya.
Gila kerena ketulusan hatinya.
Gila karena...
Sudah, sudah. Jangan difikirkan. Kan sudah dikatakan 'Jika memikirkan Caca bisa-bisa Deon menjadi gila'

Seperti sekarang, Deon semakin gelisah. Tak bisa diam di atas kasurnya. Kadang berbalik ke kanan. Berbalik ke kiri. Memainkan selimut. Dan masih banyak hal lain yang ia lakukan saat ini.

Rama mulai jengah dengan tingkah Deon sedari tadi. Tak bisakah Deon diam sejanak? Padahal Caca berusan pergi beberapa menit yang lalu. Bahkan belum ada satu jam.

"Bisa diem gak sih lo! Gue iket juga entar!" Kesal Rama yang masih setia menggenggam handphonenya.

"Dea lama amat sih!"

"Udah sepuluh kalian lebih lo bilang gitu! Caca itu baru keluar bentar anjir! Belom ada satu jam!"

"Itu udah lama! Apa yang lo bilang bentar!"

"Au ah gelap!" Jengah! Ralat, Rama sangat jengah! Dasar Deon. Sekalinya jatuh cinta, buat orang geger akan tingkahnya.
"Eh btw, gue cuma mau kasih tau, kalo tadi yang donorin darah itu bokap lo. Pak Bagas."

"Hah?! Bokap gue! Emang gak ada yang lain apa?! Bisa-bisanya ya lo biarin darah dia masuk di tubuh gue?!"

"Heh! Harusnya lo berterimakasih sama gue, kalo gak bokap lo, siapa lagi pea?! Lo gak tau aja, gimana paniknya dia pas tau anaknya kecelakaan! Bahkan ibu tiri lo aja mau pingsan! Lo harusnya bersyukur karena masih punya orang tua yang sayang sama lo! Gak kaya gue! Hargain pengorbanan mereka Yon, selagi masih ada di dunia!"

Kicep. Deon hanya diam. Mencerna semua kata-kata Rama. Rama memang anak orang berada. Namun, ibu dan ayahnya itu adalah orang tua angkat. Yang Deon tau, ayah dan ibu kandung Rama sudah meninggal sejak kejadian kebakaran waktu Rama masih kecil. Bahkan Rama sudah lupa wajah orang tuanya dan kedua saudara kandungnya.

Menyedihkan memang, hidup Rama tak seindah apa yang dibayangkan orang-orang diluaran sana. Semua kebutuhan Rama memang tercukupi bahkan lebih dari kata 'cukup'. Namun, hanya satu yang belum ia dapatkan saat ini 'Kasih sayang' dari kedua orang tua angkatnya.

Mereka terlalu sibuk dengan dunia masing-masing. Rama cukup memahami. Karena ia hanyalah anak yang diangkat, dari peristiwa kebakaran saat umurnya masih 3 tahun.

"Umur gue lebih tua dari lo Yon, jadi lo gak usah ngelunjak sama gue. Hahhaa.." Rama mencoba mencairkan suasana.

"Iya iya! Yang tua!"

"Sialan! Eh yang tua udah tentu muda. Yang muda belum tentu tua! Inget itu baik-baik!"

"Hm."

"Permisi..."

"Nah tuh Caca!" Seru Rama.

"Lama amat sih yang!" Ucap Deon kesal.

"Hehehe maaf." Jawab Caca yang kini sudah ada di hadapan Rama. Lebih tepatnya di samping kasur Deon. Tak lupa tangannya langsung di genggam oleh Deon.

"Lo gak lama kok Ca! Deonnya aja yang lebay! Baru di tinggal 10 menitan, udah kaya cacing kremi!"

"Udah sana lo pulang aja!" Usir Deon pada Rama.

Possesive! [ TAMAT ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang