"Kenapa Ca?" Tanya Rio yang ada di samping gue. Kayaknya dia bingung pas liat eskpresi muka gue. Lah iyalah! Muka gue sekarang jadi pucat pasi gara-gara Deon ngerimin foto begituan!
Gue mengelap keringat yang sudah bercucuran entah sejak kapan. "Em..anu...eemm.."
Duh gue harus mikir apa nih?!
Bruk!
Sebuah tinjuan melayang di pipi Rio. Sampai-sampai, Rio jatuh tersungkur. Tak hanya itu, ujung bibirnya juga mengeluarkan darah!
Entah siapa yang ninju, gue enggak perduli! Yang penting, gue bantuin Rio dulu. Baru deh gue ceramahin yang udah ninju wajah ganteng Rio.
Saat gue mau menunduk ingin meraih Rio, tiba-tiba tangan gue di tarik keras. Seperti orang lomba tarik tambang. Sungguh, ini sakit! Dan sepertinya lengan tangan gue akan memerah.
Gue gak terima! Waktu gue nengok ke orang yang tarik gue...
Kicep.
Gue hanya diam tak bisa berkutik, layaknya orang bego.
Dia Deon. Yah, pacar gue. Dari raut wajahnya, ia tampak seperti orang kesurupan. Marah. Sangat terlihat dari rahangnya yang keras. Urat yang nampak saat menggenggam tangan gue, serta nafas yang sudah naik turun tak teratur itu.
Gue takut. Amat takut. Sangking takutnya, gue jadi nunduk sekarang. Mama... tolongin Caca....
Gue rasa kini para pengunjung yang ada di Mall sedang memperhatikan kami. Terlihat dari pergerakkan mereka yang melingkari kami.
Rio meringis kesakitan, "Maksud lo apa hah?!" Seraya berdiri.
Deon acuh. Tak menjawab pertanyaan dari Rio. Masih fokus dengan gue. Genggaman tangannya semakin kuat. Sakit? Tentu.
Tanpa gue sadari Deon menarik gue menjauh dari area rawan tontonan itu. Membawa gue kelaur dari Mall.