Part 12 ( Manja ) ✔

51.3K 1.8K 23
                                    

"Suapin..."

Hah?! Apa dia bilang barusan?! Suapin?! Jadi gue harus suapin dia?
~Batin Caca.

"Ogah ah! Lo kan punya tangan!" sercah Caca kesal.

"Gue kan abis kecelakaan, tangan gue masih sakit. Lo tega?" ucap Deon memasang wajah memelasnya.

Caca memajukan bibirnya, "Yaudah! Kali ini aja ya!".

Dengan telaten Caca menyuapi Deon. Huh! Menyuapi Deon seperti menyuapi seorang bayi. Sebenarnya Caca terpaksa, tapi yaa mau bagaimana lagi. Deon kan sedang sakit dan dia juga sudah menjadi kekasihnya. Eh?!

"Apa liat-liat! Mau gue colok mata lo?!" seru Caca kesal. Sebab, sedari tadi Deon memperhatikannya. Dan pipi Caca sekarang menjadi merah padam. Apalagi kalau bukan karena malu.

Deon hanya menarik ujung bibirnya. Lucu sekali gadisnya ini. Dan lihat! Kini kedua pipinya itu menjadi merah seperti tomat. Sungguh makin imut. Untung diruangan hanya ada Deon dan Caca. Jadi, tak ada yang bisa melihat Caca yang semakin imut karena perubahan pipinya. Syukurlah, ucap Deon dalam hati.

"Udah abis." Ucap Caca seraya berdiri dari duduknya.

"Gue keluar bentar ya, mau cari Rama sama Fajar. Lo disini aja, jangan kemana-mana."

"Lo disini aja. Jangan kemana-mana." Ucap Deon sama seperti ucapan Caca.

"Yaelah nih bocah! Gue mau keluar bentaran dulu. Mau makan, laper gue! Lo mau bikin gue mati kelaparan?!"

Deon menggeleng, "Lo disini aja Dea, biar Gue yang telfon mereka biar kesini."

"Lo mau telfon pake apa? Pake remot AC? Hah?!"

Iya juga, Hp gue kan gak tau kemana waktu gue kecelakaan.
~Batin Deon.

"Pokoknya lo disini aja! Gak mau tau!"

"Pokoknya Gue mau keluar! Gak mau tau!" Balas Caca tak kalah kesal. Dasar Deon, si keras kepala. Hanya ingin di tinggal sebentar saja, susahnya minta ampun.

"Yaudah! Kalo lo keluar, gue bakal lompat dari kasur ini!" ancam Deon yang sudah berancang-ancang ingin turun dari kasurnya.

"Eh eh eh!" Caca mencegah Deon yang hendak turun. Dengan memegang kedua pundak Deon.

Dengan sigap Deon memencekal tangan Caca. "Disini aja!"

"Ish nyebelin!"

Caca pasrah, ya mau bagaimana lagi? sedari tadi tangannya di genggam oleh Deon.

"Gue laper Deon... Lo tega sama gue?" ungkap Caca memelas. Semoga saja Deon mau melepaskan tangannya itu.

"Nanti lo pergi dan gak balik lagi gimana? Gue gak mau Dea, gue gak mau!"

Caca memutar bola matanya jengah, "Gue bukan anak kecil yang lupa jalan, pasti nanti gue kesini lagi kok. Masalahnya Rama sama Fajar itu gak disini. Dan gue gak punya kontaknya. Dan yang paling penting, Gue laper sekarang."

Deon semakin bingung. Jika Caca ia biarkan pergi, nanti ia tak kembali bagaimana? Bisa gila Deon nantinya. Tapi melihat Caca yang seperti menahan lapar, membuatnya bersedih dalam hati. Ia bersumpah, akan memarahi kedua sahabatnya itu habis-habisan. Gara-gara mereka, Caca jadi seperti ini.

Tok tok tok

Suara ketukkan pintu membuyarkan lamunan Deon.

"Permisa... eh permisi..." ucap seseorang dari luar.

"Nah! Itu pasti Rama. Lepas dulu Deon... Gue mau bukain pintu." Caca berusaha melepaskan tautan ditangannya.

"Nanti kalo dia orang jahat gimana? Nanti kalo lo di culik gimana?"

Possesive! [ TAMAT ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang