"Jadi gini..."
"Sambil duduk aja." Ucap Mama Runi. Gue mengangguk. Dan kemudian duduk dihadapan Mama Runi dengan Fajar yang juga duduk disamping gue.
Flashback on
"Pak, kita main disana yuk!" Ucap gue pada Pak supir. Supir yang berkerja dirumah orang tua gue.
Pak supir mengangguk. Akhirnya kami bermain diruangan yang dekat dengan dapur. Aneh memang, gue lebih suka main disini daripada diruang keluarga. Selain suasana yang sejuk, kalau main didapur juga enak. Kenapa? Karena, kalau lapar atau haus bisa langsung kedapur yang jaraknya lumayan dekat. Hehe
Ah iya, saat itu umur gue tiga tahun. Mempunyai dua orang saudara. Kakak dan adik. Lengkap banget kan?
"Main mobil-mobilan ya?" Tanya gue yang sudah membawa mobilan ditangan kanan.
"Iya, ayo main."
Gue tersenyum senang. "Hai!" Gue menengok kearah dapur. Kevin? Tumben sekali dia main kesini. Lewat pintu belakang pula.
Kevin Sagara. Temen kecil gue. Umurnya juga sama tiga tahun. Dia anak dari Om Saga, tetangga gue.
"Tumben."
Kevin terkekeh, "Pengen main aja."
"Owh ayo! Baleng-baleng!" Ucap gue cedal.
Akhirnya kami main bersama. Hingga tiba-tiba...
Dorrr!
Suara ledakan terdengar keras diruangan gue. Gue panik, semua yang ada diruangan panik.
Semuanya terbakar. Kejadiannya begitu cepat. Gue takut. Ledakan tersebut mengeluarkan api yang menyebabkan kebakaran dirumah. Asap mengepul amat banyak. Bahkan gue melihat pun sudah tak sanggup. Dada gue sesak. Air mata gue sudah bercucuran.
"Lari nak!" Teriak Pak supir yang mendorong gue keluar ruangan. Gue bingung, gue harus apa. Gue hanya anak kecil berusia tiga tahun yang panik akan situasi ini.
Krek...
Gue menengok keatas, sepertinya hidup gue memang sampai disini. Gue pasrah. Dan yang hanya gue lakukan adalah diam. Mungkin ini takdir Tuhan untuk berakhirnya hidup gue.
"Awas!!!"
Brakkk!
Gue memejamkan mata, ada yang mendorong gue. "Pergi nak, pergi! Lari!"
Gue mencoba membuka mata, "Pak!" Pak supir kini tertimpa oleh kayu yang runtuh. Dan kayu itu terdapat api yang menyala. Tubuhkan sudah terbakar 50%.
"Kevin!" Teriak gue. Kevin mana? Gue masih menahan sesak akibat asap yang kian banyak dan mengepul.
Itu dia! Dia pinsan! Bagaimana ini?!
"Kevin bangun!" Gue mengguncang-guncangkan bahu kevin.
"Nak! Lari!" Teriak pak supir lagi. Dengan berat hati, gue berlari meninggalkan Pak supir dan teman kecil gue. Kevin Sagara.
Gue terus berlari mencari jalan keluar. Dan ternyata Tuhan masih sayang. Gue masih bisa selamat. Lewat pintu belakang.
Dengan tangis yang terus mengalir, gue pergi meningalkan rumah yang sudah hangus terbakar. "Mama dimana?"
Flashback off
"Ama." Kata Mama Runi yang sudah menagis mendengar cerita gue.
Caca terkejut. Sambil menatap gue dam Mama Runi secara bergantian. "Ma? Dia Kak Ama?" Ucap Caca yang hendak menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive! [ TAMAT ] ✔
Teen Fiction#1 - Manja (04/05/2019) #3 - Possesive (11/07/2019) #1 - Mine (08/10/2019) #1 - Remaja (25/10/2019) #1 - Possesive (23/06/2020) #1 - Mine (03/10/2020) Warning : (Mengandung kata-kata kasar) "Eh lo sekolah dimana?" beo Caca. Ya, mereka masih di tempa...