Part 10 ( Khawatir ) ✔

43K 1.9K 18
                                    

Happy Reading❤
Warning : Typo bertebaran!

Sampailah Mereka di Rumah Sakit. Deon langsung dibawa masuk ke ruang UGD. Dan dengan sigap Dokter menanganinya.

"Semoga Deon gak papa." Ucap Rama seraya berdoa.

"Aamiin." Jawab yang lain kompak.

"Sumpah tuh Anak bebal banget dibilangin! Maaf ya Ca sampe bawa Lo ke sini, dan Bang makasih ya." Ujar Fajar kepada Caca dan Zigas.

Zigas menghela nafasnya, "Iya, santai aja. Sekarang yang terpenting itu do'a dari Kita semua untuk kesembuhan Deon."

Mereka menganggukkan kepala kompak. Mereka akhirnya duduk di ruang tunggu. Bersama-sama menapakkan wajah yang khawatir.

Entah mengapa Caca merasa khawatir. Rasa itu datang tiba-tiba saat melihat keadaan Deon. Ia juga bingung, Apakah setatusnya sekarang menjadi kekasih Deon? Entahlah, lihat saja nanti ketika Deon sadar. Semoga saja tak terjadi hal buruk, semoga.

Tak berapa lama kemudian, seorang Dokter memeriksa Deon keluar dari ruangan.

"Bagaimana keadaan teman Saya Dok?!" Tanya Fajar panik.

"Keadaan pasien sangat lemah. Ia kehilangan banyak darah. Kami membutuhkan donor darah secepatnya. Karena stok di Rumah Sakit telah habis. Golongan darah pasien AB, apakah di anatara Kalian ada yang bergolongan darah yang sama?"
Jeles sang Dokter.

"Gue A!" Seru Rama.

"Gue B, adek Gue B!" Seru Zigas.

"Dan Gue A juga," Jawab Fajar lemah.

"Sebaiknya Kalian cari pendonor secepatnya. Kalau tidak... hanya Tuhan yang mengetahui semuanya." Ungkap Dokter tersebut, sambil memasuki ruangan itu kembali.

Setelah lama berfikir, akhirnya Rama angkat bicara. "Gue tau! Pak Bagas pasti golongan darahnya AB!"

"Ayo kerumahnya!" Ajak Fajar yang sudah berdiri dari duduknya.

"Bang! Ca! Kita mau ke rumah Deon dulu ya! Kami titip Deon!" Ucap Rama seraya menepuk pundak Zigas.

"Yoi! Hati-hati Bro!"

"Thanks, Bang!"

Fajar dan Rama langsung meluncur menuju rumah Deon. Kini waktu menunjukkan pukul 03.15. Masih amat pagi.

Mobil yang di bawa Rama melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Sampai akhirnya Mereka sampai di kediaman Deon.

Tok tok tok...

Fajar mengetuk pintu seperti orang yang tak sabaran.

Tak berapa lama kemudian, pintu di buka oleh Ibu Tiri Deon.

"Iya ada apa?" Tanyanya pelan, akibat baru bangun dari tidurnya.

"Tante! Om Bagasnya ada?!" Ucap Fajar.

"Iya ada, ada apa ya?" Bingung. Itu lah yang dirasakan Dina. Selaku Ibu Tiri Deon. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Begitu pikirnya kira-kira.

"Deon kecelakaan tante!"

Pernyataan yang diutarkan Rama membuat Dina melemas. Kedua kakinya seperti tidak berfungsi. Lemas. Seperti tak mempunyai tulang. Itu lah yang terjadi pada tubuh Dina.

Meskipun Deon bukan anak kandungnya, tapi ia sudah menganggap Deon seperti anaknya sendiri. Menyayangi Deon dengan sepenuh hati, walaupun Deon tak pernah menganggapnya ada. Ia tak perduli, intinya Ia sangat menyayangi putra dari Suaminya itu.

"Eh Tante!" Dengan sigap, Fajar memegang pundak Dina yang hampir jatuh didepannya.

"Tante jangan nangis, sekarang Tante tolong bilang ke Om Bagas kalau Deon butuh pendonor darah! Kita gak punya banyak waktu, Tan!" Ungkap Fajar.

Possesive! [ TAMAT ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang