#31

1.5K 55 7
                                    

Rey dan sofia menikmati acara berbelanja mereka. Sebenarnya yang mereka beli hanyalah cemilan yang sangat amat banyak, bukan pakaian atau alat-alat kecantikan seperti yang biasa di beli remaja-remaja lainnya.

Tanpa sengaja, mata rey melihat seseorang yang dikenalnya sedang duduk disalah satu restoran yang ada di depan mall. Orang itu memeluk seorang pria tua lalu mereka saling berbicara akrab. Dari sini rey tidak bisa mendengar jelas pembicaraan mereka, tapi rey mengambil kesempatan ini untuk memotret kedua orang itu. Rey mengambil ponselnya dan langsung mengarahkan kepada kedua orang itu.

Melihat rey yang sibuk mengambil foto dengan ponselnya, sofia merasa curiga. Ia sangat penasaran tentang apa yang sedang dilakukan rey.

"lo lagi ngapain sih?" tanya sofia.

"Lagi ngumpulin bukti," jawab rey.

Sofia mengarahkan pandangannya kepada dua orang yang diambil fotonya oleh rey. "Itu kan...," ucap sofia menggantung.

"Iyups, itu Zahra dan AYAHNYA," ucap rey sambil menekankan kata ayahnya.

Sofia terbelalak kaget, "tapi bukannya ayahnya Zahra sudah meninggal?"

"Yang lo dengar, belum tentu kebenarannya," ucap rey sambil tersenyum sinis.

"Jadi? Sebenarnya ayah zahra masih hidup?" tanya Sofia.

"Iya, tapi bukan itu saja kebenarannya," jawab Rey. "Kapan-kapan gue jelasin," lanjut rey.

"Okedeh," jawab sofia, mengangguk-anggukkan kepalanya.

Mereka langsung menuju parkiran dan memasukkan semua makanan yang mereka beli. Kali ini Sofia yang menyetir, rey duduk disampingnya dan sambil membuka ponsel.

Sofia mulai menjalankan mobilnya menjauhi parkiran mall tersebut. Tiba-tiba saja ponsel rey berbunyi menandakan ada panggilan yang masuk. Rey kaget melihat nama daddynya yang muncul dilayar ponselnya. Dengan malas Rey mengangkat panggilan itu.

"Halo dad?" ucap rey malas.

"Kamu nanti malam pulang ke mansion ya, daddy mau ngomong sesuatu."

"Oke," jawab rey dan langsung mengakhiri panggilan itu. Jujur, rey sekarang sedang sangat malas berbicara dengan daddynya.

Rey kembali ke kontrakannya pukul 5 sore. Ia segera mengganti pakaian sekolahnya dengan pakaian biasa. Rey menggunakan atasan kaos bergambar kelinci dengan lengan yang panjang dan bawahan menggunakan celana lepis biru.

Rey melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul enam kurang 15 menit, ia memperkirakan dari kontrakannya ke mansion keluarganya akan memakan waktu setengah jam. Sedangkan adzan magrib sekitar jam enam pas.

Tanpa pikir panjang rey segera mengambil kunci mobilnya, dan langsung mengendarai mobil menuju mansion keluarganya. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata hingga hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk sampai di mansion.

Rey masuk ke dalam mansion itu dengan raut wajah datar, jujur saja suasana disitu sudah terasa asing baginya. Tanpa mengucapkan salam ia masuk dan langsung naik ke kamarnya yang ada di lantai dua. Tepat saat ia ingin membuka pintu kamarnya, muncul seorang gadis yang keluar dari sana.

"Hai? lo lupa kalau kamar lo ada di sebelah?" ucap gadis itu sambil tersenyum remeh.

Tanpa mengucapkan apa-apa, rey langsung menuju kamarnya yang ada tepat disebelah kamar itu. Rey mengutuk kebodohannya karena lupa bahwa kamarnya sudah dipindahkan. 

Rey masuk ke kamarnya dan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Ia menyelesaikan mandinya dalam lima belas menit dan langsung bersiap untuk sholat magrib.

Rey keluar dari kamarnya sekitar pukul delapan malam, ia melihat Keluarganya sedang berkumpul di ruang tamu. Disana juga ada neneknya yang sedang mengobrol bersama Ravan.

Tanpa mengucapkan apa pun rey duduk di samping neneknya dan langsung membuka ponselnya. Ia sadar bahwa pandangan orang-orang sedang tertuju padanya, tapi ia sama sekali tidak peduli dengan itu.

"Eh ada cucunya oma," ucap neneknya rey dan langsung memeluknya.

"Rey kangen oma," ucap rey lirih sambil membalas pelukan omanya.

"Kapan kamu sampai disini, sayang?" tanya Reindra, mommy rey.

"Rey udah sampai dari jam enam tadi," jawab rey seadanya.

"Yaudah ayok kita mulai saja pembicaraannya," ucap daddy rey tegas.

Semua yang ada di ruangan itu langsung diam dan mempersilahkan William berbicara.

"Atas pertimbangan yang sudah matang. Daddy akan memberikan hak untuk memimpin perusahaan keluarga kita kepada Zahra, karena dia anak tertua," ucap William tenang.

Mau tak mau rey kaget mendengar keputusan ayahnya. Lelucon apa ini? Seseorang yang bukan siapa-siapa di keluarga ini bakal mengurus perusahaan milik keluarganya?

"Ravan gak setuju! Seharusnya kak Rey yang berhak meneruskan perusahaan keluarga kita, bukan kak Zahra," ucap Ravan menahan emosinya.

"Tapi Zahra adalah anak tertua, dia berhak atas perusahaan keluarga kita," ucap William tetap tenang.

"Tapi tau apa dia tentang perusahaan? Bahkan sebelumnya ayah tau dia hidup di desa," ucap rey tajam.

Zahra yang mendengarkan perdebatan itu hanya tersenyum miring. Rey yang melihat itu pun mau tak mau menahan emosinya.

"Zahra bisa belajar nanti, ayah akan bimbing dia menjadi pemimpin yang hebat," ucap William tegas.

"Okey, terserah.  Rey malas mau berdebat. Tapi ingat, daddy bakalan menyesal ngambil keputusan ini," ucap rey menyeringai.

.

.

.

Sorry typo bertebaran 🙏

Maaf ya telat update, author kemaren cuma ngandalin wifi, dan jaringannya itu Auto pengen di tabok  alias jelek BGT. Jadi gk bisa buat update. 😔
Tapi sekarang untungnya udah punya paket sendiri 😅, jadi udah bisa update buat kalian..  Makasih udah setia nungguin. Sekali lagi maaf 🙏😔

jangan lupa tekan bintang dan coment yaaa..  😀

Devil's - (COMPLETED)✅✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang