part 29

3.4K 159 32
                                    

Happy reading!!

Kelas sangat riuh setelah Malvin membalas surat Vanya dengan kata-kata yang sangat mengena di hati.

Bu tatik menyuruh Malvin untuk duduk kembali.

"Ini kenapa ibu jadi baper ya?" tanya bu tatik sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan.

"Inget bu, dah punya bojo." ujar salah satu murid berjambul dengan logat jawanya.

Seluruh kelas pun tertawa mendengarkan logat si murid berjambul itu.

"Ayo kembali fokus ke pelajaran." dan kelas pun kembali hening.

Tak lama kelas kembali riuh karena mendengarkan bel istirahat kedua.

"Jangan pergi dulu anak-anak." ujar bu tatik.

"Bu saya laper."

"Bu kasihani cacing-cacing diperut saya, mereka kelaparan bu."

"Bu nanti saya pingsan kalau nggak makan." sampai ada teman sekelasnya yang memilik badan yang sangat gemuk.

"Lo pingsan nggak ada yang gotong tai." celetuk teman sekelasnya.

"Diam anak-anak, teman kalian ada yang ingin pamit." bu tatik merangkul Sarah yang ingin berbicara.

Teman-teman mulai bingung dan perhatian mereka langsung tertuju kepada Sarah.

"Setelah pamit dan keluar dari sekolah jangan lupa sama temen-temen kamu ya ara." ujar bu tatik dan dijawab dengan anggukkan mantap oleh Sarah.

"Teman-teman semua, saya pamit, saya akan pindah sekolah ke paris. Saya berterima kasih kepada kalian semua karena telah menjadi teman sekelas selama 1 tahun." pamit Sarah dan kelas hening mendengar suara kecil Sarah.

"Ayo pamitan sama ara." suruh bu tatik dan mereka semua berpamitan setelah itu keluar dari kelas menuju kantin.

Meskipun Sarah dulu sering dijauhi oleh mereka, Sarah masih menganggap mereka teman. Tapi tak sedikit teman sekelasnya yang peduli dengan Sarah.

"Ayo gue anter ke depan." ajak Vanya dan menarik tangan Sarah yang seharian ini banya terdiam.

Sarah mengikuti Vanya yang terus menariknya.

Dari belakang ada suara yang meneriaki nama panggilannya.

"Ara!" teriak seseorang yang mengejarnya.

Sarah dan Vanya mendadak berhenti.

Itu suara Mario.

"Ra, gue butuh waktu berdua sama lo." ujar Mario dan Sarah menatap Mario yang ingin berbicara dengannya.

Mario melirik Vanya yang mentapnya dengan tajam.

Sarah yang mengerti, berbisik ke Vanya. Dan Vanya meninggalkan mereka tanpa mengubah raut wajahnya yang dingin kepada Mario.

"Gue tau lo marah sama gue, sama Sean."

"Tapi lo gak bisa pergi ra." ujar Mario berusaha mencegah Sarah pergi.

"Kenapa?, gue capek diperlakuin kayak gini sama kalian." nada suara Sarah yang serak menahan isakan yang ingin keluar.

"Sebenarnya lo salah paham ra, Gue bukan mau buat lo jadi permainan ta--"

"Cukup, gue nggak mau dengar kata-kata bualan lo." sahut Sarah.

"Ra, Sean beneran suka sama lo." ucap Mario sedikit teriak.

"Itu bohong, gue nggak mau dengar dari mulut bualan lo." mempertahankan pendiriannya.

"Makanya lo jangan pergi, biar sean yang ngungkap semua tentang perasaannya sama lo."

Malvin King BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang