part 21

3.6K 161 25
                                    

Happy Reading!!

Vanya selesai menemani Sarah fitnes dan jogging pada malam ini, pamit untuk pulang kembali kerumahnya. Semenjak kepulangan Vanya, rumah Sarah kembali sepi, orang tuanya yang kadang pulang akhir tahun atau dia yang akan menghampiri orang tuanya di paris. Sarah tidak sendiri disini ada beberapa pelayan, tukang kebun, dan satpam yang membuat rumahnya aman.

Sarah sedang menikmati buah apel yang selesai dipotongnya dengan ditemani tugas disampingnya, tiba-tiba seorang pelayan memberi kabar bahwa ada tamu yang sedang menunggu didepan. Sekarang sudah jam 8, siapa yang bertamu kerumahnya?

Ternyata dia adalah pria yang memiliki lesung pipi, dengan tinggi badan yang melebihi Sarah. Sarah yang mengetahui itu mendongak keatas untuk melihat wajah yang bertamu kerumahnya.

"Hai." sapa Sean dengan senyuman yang membuat Sarah terkesima.

"Sean?, ngapain malam-malam kesini?" tanya Sarah sedikit kaku.

"Mau belajar bareng, pasti lo lagi ngerjain tugas kan?" tebak Sean dengan wajah konyol.

"Iyalah mingdep kan dikumpul tugasnya." jawab Sarah yang menurutnya itu pertanyaan tak wajar, karena pasti dia akan mengerjakan tugas yang disuruh oleh gurunya.

"Rajin banget, dulu gue pas SMP jarang banget ngerjain PR tapi gue naik kelas, entah mama gue nyogok guru gue atau guru gue takut karena nggak naik kelaskan anak donatur sekolah itu." ujar Sean, Sarah yang mendengarnya menggelengkan kepalanya karena orang yang didepannya ini terlalu jujur.

"Lo nggak mau ajak gue masuk gitu, pegel gue gendong tas terus." ujar Sean sambil menunjuk tas hitamnya dengan ekor matanya.

"Isinya apa sampai pegel?" tanya Sarah heran. Bisa sampai pegel loh, emang isinya batu bata? Atau mesin obras?

"Bukulah, tumben kan.... gue rajin." jawab Sean membanggakan diri dan Sarah mengembangkan senyuman.

"Yaudah kita masuk, yok." ajak Sarah sampai ketempat ruang tv, tempat dimana dia mengerjakan tugas dan memakan buah apel.

"Lo mau apel?" tawar Sarah ketika sampai ketempat dia belajar tadi. Sean mengambil satu potong buah yang ditawarkan ke dia.

"Gue tadi masuk perumahan liat mobil Vanya, dia habis kesini?" tanya Sean sambil mengunyah buah apel.

"Iya, kemarin dia nginap disini." jawab Sarah menaruh mangkok buahnya.

"Oh, lo diet ya?" tanya Sean melihat makanan milik Sarah.

"Keliatan ya?" Sarah menyembunyikan wajahnya malu.

"Iya, kemaren gue nggak ada liat lo makan nasi atau gorengan dikantin pas istirahat pertama."

"Dia ngeperhatiin gue." Sarah senang di dalam batinnya.

"Gue bawa bekal, bekalnya nggak sembarangan, Vanya yang ngebuat."

"Wah, bagus tuh kalau ada yang nyiapin lo bekal,"

"Jadi lo nggak makan sembarangan yang ngebuat lo nggak sehat."

Ada perasaan aneh didiri Sarah, dia merasa kalau dia diperhatikan dan dipeduliin sama seorang lelaki setelah ayahnya.

"Kita mulai belajarnya aja, udah malem." ucap Sarah, cepat- cepat kembali membuaka bukunya.

Sejam berlalu, sejam itulah mereka belajar bersama. Sarah fokus mengerjakan tugasnya, tapi untuk Sean tidak karena dia lebih memperhatiin gerak-gerik Sarah kadang ketangkep basah oleh Sarah karena Sean yang memperhatikannya terus, bukan Sean yang salting tapi Sarah.

Malvin King BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang