[57] Sulking

2.1K 211 15
                                    

Hari ini Yoonan merajuk karena ia ingin sekali ikut berkerja dengan suaminya.

"Bunda ingin ikut~" Yoonan memelas di hadapan Taeyong yang sedang memakan sarapannya.

Taeyong mengunyah makanannya seraya menatap Yoonan "Diam saja di rumah dan istirahat."

Yoonan berdiri dari duduknya "Baiklah jika tidak boleh, aku akan meminta kak Winwin untuk menemaniku jalan-jalan!"

"Kenapa harus Winwin?"

"Karena kak Winwin baik. Kalau tidak boleh dengan kak Winwin aku meminta di temani Kak Johnny saja!"

Taeyong berdiri lalu menghampiri Yoonan "Jangan! Jangan Johnny!!" Ucapnya dengan cepat.

'Aku tidak mau Johnny semakin sulit melupakanmu, Aku cemburu!' Batin Taeyong.

Yoonan menatap mata Taeyong "Tapi waktu itu—"

"Itu terpaksa!"

Mereka berdua diam. Yoonan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Keduanya fokus kepada pikiran masing-masing.

Yoonan duduk di sofa, lalu menghela nafas panjang "Maaf ya anak ku, Ayahmu tidak mau memperlihatkan perkerjaannya pada kalian." Ucap Yoonan seraya mengelus pelan perutnya.

Taeyong baru saja menyelesaikan sarapannya, mendengar kata-kata 'Anak' ia menjadi tertarik untuk menghampiri istri tercintanya.

"Apa itu keinginan anak-anak ku hm?" Taeyong jongkok di hadapan Yoonan yang sedang duduk di Sofa, wajahnya sejajar dengan perut buncit itu.

Yoonan memutar bola matanya. "Sudah, sudah, cepat berangkat nanti telat!"

Taeyong menatap wajah yang sedang kesal itu dengan intens "Itu perusahaan kan milik ku jadi bebas."

Yoonan tidak menoleh ke arah Taeyong sedikit pun, ia sedang kesal. "Kamu tidak tau seberapa besar aku menahan keinginan dari anak-anakmu ini agar tidak menyusahkan mu. Tapi, saat ini aku mengatakannya dan kakak tidak mau. Apa boleh buat, aku tidak bisa membantah!" Ucap Yoonan dengan suara lirih yang membuat hati sang suami terasa sesak.

Taeyong menunduk kemudian tangannya terulur untuk memegang perut istrinya disisi kiri dan kanan, wajahnya mendekat lalu mengecup perut itu. Kecupan kasih sayang, dan kecupan itu cukup lama. "Maafkan Ayah mu yang jahat ini!" Kata-kata itu keluar dari mulutnya.

"Cepatlah berangkat, nanti Klein kakak menunggu!" Ucap Yoonan jutek.

"Aku akan pergi berkerja jika bersamamu, jadi ayo!" Taeyong mengulurkan tangan nya meminta Yoonan berdiri dari duduk nya.

Yoonan melirik lalu memandang ke lain arah kembali "Tidak usah, aku bisa sendiri dirumah!"

"Ayah mohon ikutlah. Dan maaf soal tadi—"

"Tidak mau! Ajak saja Jennie!"

"Jennie itu bermuka dua, aku tidak mau berdekatan dengan wanita busuk itu!"

Yoonan memandang Taeyong dengan tatapan tajam. "Tidak boleh berbicara seperti itu! Aku tidak suka!"

"Maaf bunda, maafkan ayah ya anak-anak!" Taeyong duduk disamping sang istri seraya mengelus perutnya.

Sepertinya mengelus perut adalah salah satu kebiasaan baru bagi Taeyong, selain menggigit kukunya sendiri.

"Jennie itu jahat. Ayah sendiri bingung kenapa dia mempunyai rencana busuk untuk kita!"

"Jangan berpikiran seperti itu!"

"Ayah mendengarnya secara langsung bahwa dia akan memisahkan kita, Ayah dan Bunda termasuk anakku ini!" Lagi-lagi ia mengelus perut milik Yoonan.

"Maksud ayah apa?"

Taeyong menghela nafas "Dua hari lalu Jennie datang kerumah kita kan? Paginya dia menerima telepon dari seseorang yang entah siapa, dalam percakapan Ayah mendengar dia akan menjatuhkan perusahaan dan akan memisahkan kita. Ayah sendiri tidak tau kenapa Jennie bisa seperti itu sekarang, dulu yang Ayah tau dia baik!"

Yoonan menoleh "Jika sudah tau dia mempunyai niat jahat kenapa membawanya kemari?!"

"Dia memaksa dan Ayah mempunyai rencana sendiri untuk membalasnya!"

"Rencana seperti apa? Yang ada kalian bermesraan, menonton televisi, memakan pop corn dan tertawa. Itu terlihat 'Wah' bukan?!!"

"Itu hanya awalan. Bunda ingat tidak kita bermesraan di depan nya? Sebenarnya itu belum seberapa sih."

Yoonan mencubit hidung Taeyong cukup keras "Dasar nakal!!"

"Akhh Bun— bunda saakitt... " Taeyong mengaduh kesakitan.

"Sakit bunda~" Ucapnya seraya mempoutkan bibirnya.

"Itu hukuman!"

Taeyong menegakkan duduknya. "Bicara soal Jennie, seperti dia menunggu di kantor. Ayo ikut ke kantor!"

"Tidak, aku masih marah!"

Taeyong berdiri "Baiklah. Tapi kalau ayah berduaan dengan Jennie Bunda jangan marah!" Ucapnya seraya melangkah.

"Bunda ikut!!" Tangannya menahan tangan Taeyong.

•••

Saat ini Taeyong dan Yoonan sedang berada di dalam mobil untuk menuju Kantornya yang di bantu oleh Doyoung. Lebih jauh dari kantor Mall.

"Bunda nanti jika ayah bilang sesuatu tolong turuti ya?" Taeyong menoleh memberikan senyum manisnya pada sang istri.

"Harus ya?"

"Harus!"

"Apa penting?"

"Sangat penting!"

"Wajibkah?"

"Tentu wajib!"

"Oke baiklah!" Yoonan pasrah.

Bibir Taeyong terangkat sempurna menggariskan rasa senangnya. "Makin sayang sama Bunda!"

"Memangnya kemarin-kemarin tidak sayang?"

"Tentu sayang lah! Tapi sekarang lebih dari sayang dan sangat sangat sangatttttttt sayang!" Taeyong mengedipkan sebelah matanya.

"Ganjen!" Celetuk Yoonan.

Padahal jauh di dalam hati kecilnya ia sangat bahagia dan sangat bersyukur mempunyai suami seperti Taeyong, ya walaupun tidak semudah membalikan telapak tangan untuk membuat Taeyong seperti ini.

Tidak terasa akhirnya mobil Taeyong terpakir sempurna di parkiran mobil secara teratur, tumben sekali.

Taeyong membukakan pintu untuk Yoonan "Ayo masuk Baginda Ratuku." Tangannya terulur.

Yoonan mengambil tangan itu lalu keluar dari mobil. "Tolong hati-hati ya, soalnya saya sedang mengandung putra dan putri mahkota~"

"Baik Baginda Ratu~"

Setelah beradegan 'Ratu dan seorang Ajudan' mereka tertawa. Tawa mereka menjadi pusat perhatian karyawan kantor setelah masuk kedalam.

"Selamat pagi Mr.Lee dan Mrs.Lee" Sapa para karyawan ramah. Taeyong menjawabnya dengan anggukan sedangkan Yoonan dengan senyuman.

"Taeyonggie~"

Gandengan Yoonan terlepas saat Jennie datang dan memeluk Taeyong, suaminya.












[Don't forget to klik star🌟]

Oh iya kalau aku bikin cerita tentang Taeyong & Yoonan lagi ada yang mau baca?

KNOCK ON ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang