5. Hari Pertama

4.9K 189 8
                                    

⚘⚘⚘

Kharismamu telah meracuni pikiranku
Menggugah hatiku untuk mengagumimu

Hasna Kamila Firdaus

***

Aku sambut pagi ini dengan pekerjaan baru serta semangat baru, ini adalah pengalaman pertamaku dalam bekerja, aku harus mengukir sejarah pengalaman terbaik mulai hari ini.

Jl. Percetakan Negara No.29, Jakarta Pusat merupakan lokasi tujuanku. Aku menunggu bus di halte bus sambil duduk di kursi yang hampir di penuhi penunggu bus lainnya. Jarum jam telah menunjukkan pukul 06:30, namun aku belum mendapatkan bus untuk melaju ke lokasi tujuan.

Aku takut telat di hari pertama kerja, aku harus bagaimana?

Pukul 08:00, aku masuk kerja. Sedangkan tahu sendiri macetnya Jakarta seperti apa? Aku terus memandangi jam tangan yang aku pakai, berharap jarum jam bergerak dengan lambat.

Mana sih busnya? Gerutuku dalam hati.

Ada kendaraan roda empat berwarna silver yang berhenti di depan halte, mobil itu sungguh menghalangi jalan yang mulai sempit karena banyaknya kendaraan, kaca mobil itu terbuka hingga munculah wajah Kak Arbani, dia menggunakan kacamata berwarna hitam yang membuat mataku terpukau.

Cobaan apalagi ini? pemuda itu selalu muncul di hadapanku.

Dia melambaikan tangannya ke arahku, aku menoleh ke kanan dan kiri tapi tidak ada yang membalas lambaiannya, berarti dia menyapaku. Aku membalas sapaannya meski sedikit ragu.

"Masuk ke mobilku."seru dia.

"Aku?"tanyaku, bingung.

"Ya kamu, cepat masuk."suruhnya.

Kendaraan yang berjajar di belakang membunyikan klaksonnya karena mobil Kak Arbani menghalangi jalan mereka, bus yang akan aku tumpangipun ada di jajaran itu. Aku tidak punya pilihan lain selain masuk ke mobilnya.

Aku takut melihat kemarahan para pengemudi yang ada di belakang. Terpaksa aku masuk ke mobil Kak Arbani, dia pun menjalankan mobilnya setelah aku duduk di depan bersamanya.

Maksud dia apa sih menyuruh aku masuk ke mobilnya? Aku bisa telat masuk kerja gara-gara dia.

"Kamu mau kemana? Rapih banget."tanya dia.

"Aku mau berangkat kerja Kak. Aku turun disini ya Kak? Soalnya aku buru-buru."jawabku dengan nada cemas.

"Biar aku antar."kata dia.

"Enggak usah, Kak."tolakku secara halus.

"Udah nurut saja, daripada kamu telat kan? Kamu kerja dimana?"

Setelah beberapa detik aku terdiam memikirkan tawarannya, aku memutuskan menerima tawaran itu. Apa yang dia katakan ada benarnya, aku tidak mau telat masuk kerja.

"Di BPOM Pusat, Kak."

"Oh di situ, adikku Kamil juga kerja di situ."ucap dia sembari menganggukan kepalanya.

Adiknya yang jutek itu kerja disana juga, berarti aku akan sering bertemu dia dong. Kenapa bukan Kak Arbani saja yang kerja di BPOM? Kalau dia satu kerjaan denganku, aku bisa melihatnya setiap hari, dengan begitu aku semakin semangat kerja.

Astagfirullah, aku mulai halusinasi lagi deh. Jangan kebanyakan berhalusinasi, Ana! Fokus pada tujuan awal kamu! Kamu datang ke Jakarta mau merintis karier, bukan merintis cinta.

Ahlan Wa Sahlan Kekasih HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang