Tanpa ujian, bangunan sebuah rumah tangga terasa hambar
Tidak ada rasa pahit dan manis
Karena ujian adalah bumbu cinta yang semakin menguatkan suatu hubungan
Pagi yang mendung menggambarkan suasana hatiku saat ini, alam seakan ikut bersedih menyaksikan pertengkaran aku dan Kak Kamil yang belum ada titik terang.
Aku tidak mengurungkan niatku untuk berpisah dengannya. Meski dia berulang kali memberikan penjelasan, namun aku tidak mau mendengarkannya lagi.
Sekali kecewa tidak mungkin ada obatnya, kaca yang di retakan pun tidak mungkin kembali seperti semula, sama halnya dengan kepercayaan aku kepadanya yang dua khianati.
Mataku masih terlihat sembab karena menangis semalaman, ditambah kurang tidur, alhasil pagi ini mata pandaku terlihat.
Aku masih bingung kenapa Kak Kamil juga ikut terpukul dengan keputusanku, padahal disini aku yang menjadi korban tapi kenapa dia bersikeras menolak berpisah denganku? Seharusnya dia bahagia menerima keputusanku, dengan begitu dia bisa bahagia bersama Alena meski hatiku sakit dan tidak rela.
Dia tetap bersikap baik kepadaku, memberikan perhatian seperti biasanya yang membuat aku semakin sulit melepaskan dia. Dia hendak berangkat ke perkebunan dan berpamitan kepadaku.
"Aku berangkat dulu ya? Kamu istirahat yang penuh di rumah, jangan lupa makan dan sholat. Jangan menangis lagi, mata kamu sampai sembab seperti itu, maafkan aku Ana yang belum bisa membahagiakanmu."ucap Kak Kamil sembari menatap wajah lesuku. Segala perhatiannya membuat aku semakin mencintainya.
"Berangkat saja, enggak perlu berpamitan, toh sebentar lagi juga aku enggak ada di kehidupan kamu."balasku masih dengan nada sinis.
"Aku enggak akan membiarkan hal itu terjadi, Ana. Aku tahu keputusan itu bukan dari dasar hati kamu, berpikirlah secara dewasa dalam mengambil keputusan. Kamu jangan kekanak-kanakan seperti ini, enggak akan ada perceraian dan perpisahan. Allah pasti menunjukkan kebenarannya."tegs Kak Kamil dengan sorot mata tajam yang menunjukkan keyakinannya.
"Allah udah menunjukan kebenaran itu, kemarin adalah kebenaran yang Allah tunjukan sama aku. Akirnya mata aku terbuka, kamu.."ucapanku terpotong karena Kak Kamil tiba-tiba memelukku.
"Apaan sih Kak, jangan peluk-peluk."kataku dengan nada kesal lalu mendorong tubuhnya.
"Aku enggak tahu bagaimana lagi menjelaskan sama kamu, kemarin kamu salah paham. Beri aku kesempatan untuk menjelaskan sama kamu, tolong mengerti keadaan aku Ana, jangan mengambil keputusan secara sepihak!"
"Cukup Kak, aku udah bilang enggak ada yang harus dijelaskan karena apa yang aku lihat udah jelas."aku menghela napas dan tidak berani menatap matanya.
"Semoga Allah membuka hati kamu. Aku pergi dulu, assalamu'alaikum?"ucapnya tak mau memperpanjang perdebatan ini.
"Wa'alaikum salam."jawabku tanpa senyum sedikit pun.
Dia langsung pergi ke perkebunan tanpa bersalaman denganku. Suara mobilnya terdengar sudah jauh dari rumah. Selang beberapa menit suara bel terdengar dari luar, aku langsung membuka pintu rumahku.
"Ngapain sih Kak balik lagi?"ucapku setelah membuka pintu, aku pikir yang datang Kak Kamil karena dia sering usil.
Ternyata yang datang sosok wanita yang tidak ingin aku lihat kehadirannya, aku sontak kaget melihat dia berdiri di hadapanku.
Alaena mau ngapain datang ke rumahku? Hati aku semakin sakit melihat wajahnya, bayangan kemarin terus menghantui aku dan meracuni otakku.
"Assalamu'alaikum, Ana?"ucapnya sambil tersenyum.
![](https://img.wattpad.com/cover/182221056-288-k735225.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ahlan Wa Sahlan Kekasih Halal
RomanceHasna Kamila Firdaus, seorang gadis yang selalu mendambakan cinta halal di dunia sampai akhirat. Ana menjauhi larangan pacaran yang memang tak dianjurkan dalam Islam. Namun pertemuannya dengan seorang pemuda membuat hatinya terbuka. Dia menyimpan pe...