13. Hari Bersamamu

4.2K 182 6
                                    

💞💞💞

Matahariku adalah kamu, kamulah energiku hari ini
Tanpa adanya matahari, mungkin bumi ini menangis
Begitupun aku, tanpa kamu, aku bagaikan jiwa yang tak lengkap

Hasna Kamila Firdaus

***

Hari ini adalah salah satu hari yang memberiku banyak kebahagiaan, aku menghabiskan weekend kali ini bersama Kak Arbani dan Dzakira. Kami berkunjung ke Dunia Fantasi atau yang sering di kenal dengan Dufan.

Dufan diresmikan pada 29 Agustus 1985, merupakan tempat hiburan yang terletak di kompleks Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara. Dunia Fantasi mempunyai maskot berupa kera bekantan yang diberi nama Dufan. Konon, dipilih kera sebagai karakter karena untuk mengingatkan bahwa Ancol dahulu adalah kawasan kera.

Wahana yang pertama kali kita naiki yaitu wahana kora-kora. Wahana kora-kora di sebut juga perahu ayun. Kami duduk berdekatan, perahu cukup besar berayun ke arah depan dan juga belakang.

Aku berteriak begitu kencang tak memperdulikan Kak Arbani yang ada di dekatku. Teriakan mereka yang menaiki wahana ini tak kalah kerasnya, semakin kencangnya ayunan, semakin keras pula teriakannya.

"Aaaaaaaaaaaaaa."teriakku bersama penumpang lainnya.

Badanku terasa melayang ke udara tanpa sayap. Perahu ayun membawa tubuhku terombang-ambing mengarungi angin yang tak kalah kencangnya.

Kalau aku jatuh dari sini sakitnya bukan main. Entah bagaimana nasibku? Bismillahirrahmanirrahim, lindungi aku, Ya Allah. Aku tak pernah lupa mengucapkan kalimat itu dalam hati.

Kak Arbani dan Dzakira tidak berteriak sekencang aku, mereka hanya berteriak kecil sambil menyunggingkan senyum waspadanya.

Aku malu pada Dzakira yang masih kecil saja tidak berteriak sehisteris aku. Tapi aku tak biasa menahan rasa takutku, hingga membuat aku refleks berteriak sangat kencang.

Gerakan ayunannya semakin lambat, sampai akhirnya berhenti. Kami pun turun. Kak Arbani melihat pipiku merah karena menahan ketakutan. Tanganku terasa dingin, jantungku masih berdetak kencang. Aku mulai mengatur napasku yang masih belum normal.

"Kamu baik-baik saja kan?"tanya Kak Arbani, cemas.

"Aku takut Kak, enggak mau ikut naik wahana selanjutnta. Aku tunggu disini ya? Kalau kalian masih mau mencoba wahana lain, silahkan."kataku, menghembuskan napas berat.

"Kak Ana pokonya harus ikut."Dzakira memegang tanganku.

"Enggak seru Ana, kalau cuma kami berdua yang naik."Kak Arbani memperlihatkan wajah kecewanya.

"Nah gini saja."Kak Arbani membunyikan jari jempolnya yang disatukan dengan jari tengah. Dia sepertinya memiliki ide bagus.

Kak Arbani mengeluarkan sebuah tali yang lumayan panjang dari tasnya, aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan. Dia meminta kami mengulurkan satu tangan. Aku dan Dzakira mengikuti idenya. Dia mengikat tanganku tanpa harus menyentuhku.

"Maaf ya, aku izin mengikat tangan kamu."katanya, sangat sopan.

Dia mulai mengikat sebelah tanganku dengan tali itu, lalu Dzakira juga diikat, terakhir dia mengikat tangannya sendiri. Aku masih belum mengerti apa yang akan dia lakukan. Dzakira belum mengerti apa-apa, dia mah ikut saja apa kata Kak Arbani.

Ahlan Wa Sahlan Kekasih HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang