20. Pernikahan

4.8K 173 9
                                    

Sepasang insan yang saling mencinta, tak mungkin salah langkah
Jika memilih pernikahan sebagai obatnya

☆AWSKH☆

***

Arbani dan Arumi melakukan fitting baju pengantin di Aira Wedding. Arumi mengikut sertakan aku dalam fitting tersebut, aku disuruh mengenakan pakaian yang senada dengan anggota keluarganya, Arumi sudah menganggapku seperti saudaranya sendiri.

Beberapa anggota keluarga telah mengenakan pakaian yang seragam, kebaya putih abu muda bercorak manik-manik dikenakan para wanita, sedangka prianya menggunakan baju yang sewarna juga tapi tanpa manik-manik.

Aku keluar dari ruang ganti bersama Dzakira, gadis kecil itu terlihat cantik sekali memakai kebaya yang senada denganku, aku semakin gemas kepadanya, sesekali aku mencubit pelan pipinya.

Aku tidak terbiasa mengenakan pakaian kebaya yang roknya bisa dibilang sempit, membuat langkahku kurang leluasa, apalagi sepatu high hills yang aku gunakan tingginya lebih dari 5 cm, kakiku pegal walaupun baru beberapa menit.

Padahal yang menikah bukanlah aku, tapi kok aku pakaiannya rempong banget, bagaimana dengan pengantinya? Pasti lebih ribet dari pakaianku. Dzakira terbiasa mengenakan high hills, langkahnyapun luwes, tidak seperti aku yang terlihat kaku, jalan saja pelan-pelan karena takut jatuh.

Dzakira menuntunku sampai ke tempat berkumpul, aku melewati Kamil yang sudah mengenakan pakaian warna abu-abu muda, sama seperti yang digunakan para pria lainnya termasuk Abi dan Ayahnya Arumi.

Pandangan Kamil tidak pernah lepas dariku, apa aku terlihat aneh mengenakan gaun ini? Aku jadi tidak percaya diri, aku mencoba melupakan tatapan Kamil, tapi dia tetap memandangiku terus yang membuat aku salah tingkah.

Aku melihat Kak Arbani muncul menggunakan jas putih sekaligus celana yang senada, peci putih telah melekat di kepalanya. Kak Arbani memiliki body ideal sehingga membuat penampilannya semakin menawan.

Dia tampan, kharismanya begitu memancar, mataku seakan tak bisa berkedip, andai aku yang duduk bersanding dengannya di pelaminan nanti, aku akan menjadi wanita yang paling bahagia.

Kenyataan menyadarkanku dari lamunan yang tak berfaedah, aku sadar kalau Arumilah calon istrinya. Aku menundukkan pandangan, membuang semua khayalanku yang mulai kacau.

Astagfirullah, aku enggak boleh berpikiran seperti itu. Enggak lama lagi dia akan menikah dengan Arumi.

Tepisku dalam hati.

Arumi muncul mengenakan gaun pengantinya yang berwarna putih, ada hiasan manik-manik di gaun tersebut yang membuat gaunya seperti menyala, hijab yang dia gunakan menyesuaikan dengaan warna gaun.

Dia sangat cantik mengenakan gaun itu, dasarnya juga dia sudah cantik, apapun yang dia kenakan pasti selalu cocok. Gaun itu membuat penampilanya semakin elegan.

Dia berjalan layaknya miss Indonesia, cara dia berjalan begitu anggun, sampai Kak arbani tak berkedip sedikitpun. Hatiku masih sakit menyaksikan semua ini.

Sampai kapan perasaan ini menyiksaku?Berilah aku kekuatan untuk menyaksikan ini semua, Ya Allah.

Seorang asistant Wedding merapihkan mahkota Arumi yang sempat miring.

"Nah gini baru betul, duh cantik banget ya nona Arumi."puji pria setengah wanita itu setelah membenarkan letak mahkota Arumi.

Arumi tersenyum mendengar pujiannya. Arumi dipersilahkan duduk di sebelah Ibunya, semuanya sudah mengenakan baju yang seragam. Bajunya semua pas, tidak ada yang perlu dipermak.

Ahlan Wa Sahlan Kekasih HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang