22. Lamaran yang Tak di Harapkan

4.3K 172 1
                                    

Dia yang sempurna tak mampu membuatku terpesona
Karena kesempurnaan bukanlah kunci membuka hati

Hasna Kamila Firdaus

***

Aku menghabiskan waktu libur bersama keluarga di rumah, apalagi Ayah dan Bunda masih ada disini. Aku berkumpul bersama mereka di ruang tamu sambil menikmati teh dingin yang mencairkan panasnya siang hari ini, cemilan ringan pun berjajar di atas meja.

Tanganku tak berhenti mengambil cemilan semacam adonan tepung campur gula pasir yang di potong kecil-kecil, lalu digoreng sampai kering, getas namanya, aku suka sekali dengan getas.

Padahal Mas Rama mengundangku datang ke kajian pada hari ini, tapi aku tidak datang karena takut bertemu dia. Tidak tahu kenapa, aku tidak mau memberi harapan padanya karena hatiku masih tertuju pada Kak Arbani. Jika memang aku berjodoh sama dia, Allah pasti permudah. Aku serahkan semua urusan jodoh kepada-Nya.

Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama keluarga. Kebahagiaan bisa aku rasakan ketika bersama mereka, bercanda bersama, sampai beban pikiranku berkurang.

Kak Arbani mulai hilang dari pikiranku, terlebih sejak dia menikah, aku jarang bertemu dengannya, karena dia tinggal bersama Arumi di rumah baru mereka yang jauh dari rumahku. Memang belum sepenuhnya aku bisa melupakan Kak Arbani, setidaknya patah hatiku tak separah awal, hatiku mulai membaik.

Suara bel terdengar nyaring di telingaku sampai beberapa kali.

Siapa yang bertamu di hari libur?

Aku beranjak dari tempat duduk sebelum Teh Zahra berdiri.

"Biar aku yang buka."kataku.

Aku berjalan menuju pintu, lalu aku membuka pintunya. Sosok pria berwajah Arab itu datang ke rumahku. Dia menebarkan senyum padaku, tapi aku tidak membalasnya. Dia benar-benar menepati ucapannya.

"Assalamu'alaikum?"ucapnya sambil tersenyum.

"Wa'alaikum salam."jawabku, jutek.

"Kamu kok enggak datang ke kajian?"tanya dia.

Aku terdiam, aku bingung mau menjawab apa. Aku tidak ikut kajian supaya bisa menghindarinya, tapi usahaku gagal total, dia malah datang ke rumah.

"Oh ya, aku ada urusan soalnya."jawabku, memalingkan wajah.

Mata tajammnya membuatku tak bisa berkutik, aku rasa dia tahu kalau aku tidak datang karena ingin menghindarinya.

"Ya udah enggak apa-apa. Aku bisa bertemu dengan orangtuamu dan Harun?"Mas Rama mengalihkan pembicaraan.

Deg...

Mau apa dia ketemu orangtuaku dan Aa' Harun? Jangan-jangan dia mau membuktikan ucapannya.

Otot-ototku mulai menegang secara tiba-tiba sebagai respon rasa cemas yang berlebihan.

"Sil... silahkan masuk."ucapku terbata-bata. Aku mempersilahkan dia masuk.

Pria itu mengikuti langkahku, kedatangannya disambut baik oleh keluargaku, terutama Aa' Harun. Teh Zahra juga membuatkannya minum. Sikapnya sangat santun pada orangtuaku, dia juga ramah.

Ahlan Wa Sahlan Kekasih HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang