Jalinan cinta yang dikehendaki Allah adalah pernikahan
Siapakah pelengkap separuh agamaku?☆Hasna Kamila Firdaus☆
***
Langit masih terlihat gelap, embun pagi membasahi dedaunan seluruh alam, udara pagi kian menembus kulitku. Aku berangkat ke Jakarta bersama keluargaku, Aa' Harun menyetir mobil dengan leluasa, jalan raya masih sepi karena kita sengaja berangkat setelah sholat subuh.
Mataku terasa berat akibat semalam tidak bisa tidur memikirkan hari ini, aku akan bertemu dengan mereka, semoga aku tetap tegar. Aku memejamkan mata secara perlahan, suara murathal membuatku tenang sampai tertidur dalam perjalanan.
Tangan bunda mencolek pipi ku, suaranya membangunkan aku dari tidur. Aku membuka mata secara spontan.
"Ayo turun, sudah sampai."kata Bunda sembari mencolek pipi ku.
Aku mengintip dari celah jendela mobil, penglihatan ku masih kabur tidak bisa melihat jelas wajah mereka satu-persatu, tapi aku melihat banyak orang di rumah itu.
Syukurannya bertempat di rumah Kak Arbani dan Arumi, rumah yang belum pernah aku datangi, rumah mewah itu begitu asing di mataku. Aku mengusap wajah dengan tissue, lalu merapihkan jilbab ku yang acak-acakan akibat ketiduran.
Aku turun dari mobil, kemudian mengikuti langkah keluargaku. Aku melihat Arumi berdiri disana bersama Kak Arbani, mereka sedang menyambut para tamu, Ummi dan Dzakira juga ada disana.
Perut Arumi sudah tampak membuncit, usia kandungannya kan sudah memasuki tujuh bulan, wajar saja banyak perubahan dalam dirinya, aku juga cukup lama tak berjumpa dengannya.
"Ana, akirnya kita ketemu juga."ucap Arumi, sangat senang.
Dia memelukku, aku membalas pelukannya. Aku merasakan perutnya mulai bereaksi, bayi dalam perutnya sudah bisa menendang aku.
"Masya Allah, dia menendang ku."kataku sangat takjub.
"Tandanya anak aku merindukan kamu, kamu sih jarang main kesini."ucap Arumi memanyunkan bibirnya ke arahku.
"Mungkin dia sibuk, sayang."kata Kak Arbani.
Aku hanya tersenyum pada mereka. Aku juga mencium tangan Ummi yang berdiri di sebelah Kak Arbani, Dzakira sangat gembira bertemu denganku.
"Kamu apa kabar, Ana?"tanya Ummi.
"Alhamdulillah baik, Mi."jawabku.
"Dzakira nanyain kamu terus, dia sering nyamperin kamu ke rumah Kakakmu, padahal kamu enggak disana lagi."kata Ummi yang melirik ke arah Dzakira.
"Kakak kok ninggalin Dzakira sih, aku kangen tahu, mau main bareng Kak Ana"ucap Dzakira sembari memegang tanganku. Tidak ada yang berubah dari Dzakira, dia tetap manja kepadaku.
"Nanti kamu main dong ke Bandung, kalau kangen sama Kakak langsung saja ke rumah."kataku kepada Dzakira.
Aku mencubit pipi Dzakira, dia meringik kesakitan. Sudah lama aku tidak mencubit pipinya, akhirnya tersampaikan juga. Arumi menyuruh aku dan keluargaku masuk, sebentar lagi acara di mulai.
Sedangkan Arumi masih menyambut tamu yang lainnya. Aku pun masuk bersama keluargaku. Perasaan ku mulai berkurang kepada Kak Arbani, aku tidak merasakan getaran hati sehebat dulu setelah bertemu dia, mungkin rasa itu mulai hilang. Pertemuanku dengan mereka tidak separah yang aku bayangkan, hatiku tetap baik-baik saja.
Para ibu-ibu sudah berkumpul di dalam, aku tidak ikut bergabung bersama mereka, Teh Zahra dan Bunda yang ikut bersama mereka. Aku mengambil Nabila dari Teh Zahra. Sedangkan Ayah dan Aa' Harun bergabung dengan para Bapak, Abi juga ada disana.
![](https://img.wattpad.com/cover/182221056-288-k735225.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ahlan Wa Sahlan Kekasih Halal
RomanceHasna Kamila Firdaus, seorang gadis yang selalu mendambakan cinta halal di dunia sampai akhirat. Ana menjauhi larangan pacaran yang memang tak dianjurkan dalam Islam. Namun pertemuannya dengan seorang pemuda membuat hatinya terbuka. Dia menyimpan pe...