Hasna Kamila Firdaus, seorang gadis yang selalu mendambakan cinta halal di dunia sampai akhirat. Ana menjauhi larangan pacaran yang memang tak dianjurkan dalam Islam.
Namun pertemuannya dengan seorang pemuda membuat hatinya terbuka. Dia menyimpan pe...
Cinta adalah anugerah yang Allah berikan pada setiap insan Jika cinta datang pada waktu yang tepat, berbahagialah dua insan yang saling mencinta Namun, jika cinta datang di waktu yang tidak tepat, bersiaplah hatimu patah
☆Hasna Kamila Firdaus☆
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Namaku Hasna Kamila Firdaus, mereka sering memanggilku Ana. Usiaku 22 tahun. Aku baru saja lulus dari Universitas Padjajaran Bandung, jurusan Biologi Murni.
Aku memiliki seorang Kakak bernama Harun Firdaus, yang sekarang menetap di Jakarta bersama istrinya, yaitu Teh Zahra. Aku memiliki Ayah dan Bunda yang sangat menyayangiku. Ayah dan Bunda adalah orangtua terhebat yang Allah anugerahkan untukku.
***
Cinta, satu kata yang selalu jadi perbincangan umat manusia. Menurutku, cinta itu sebuah rasa yang harus di jaga kesuciannya. Allah memberi rasa cinta agar setiap manusia merasakan kasih dan sayang dari sesama. Cinta itu bukan hanya dicurahkan pada pasangan, tapi juga kepada orangtua dan lebih luas lagi.
Awalnya, aku tak pernah mau mengenal yang namanya cinta, cinta terhadap seorang Adam. Hingga sekarang aku belum pernah terjun ke dalam dunia percintaan layaknya wanita seusiaku. Aku belum pernah menjalani pacaran, karena memang pacaran dilarang dalam Islam.
Aku tak pernah perduli dengan mereka yang sering mengejekku jomblo. Kata mereka, aku terlalu sibuk mengurusi bakteri di Laboratorium sampai tidak pernah mengenal cinta. Ini hidupku, aku yang harus mengaturnya, bukan mereka atau siapapun. Hanya Allah yang berhak mengatur hidupku.
Mereka salah jika menduga aku belum pernah mengenal cinta. Cintaku pada seorang Adam tak seharusnya diumbarkan. Mereka tidak perlu tahu soal perasaanku, cukup Allah yang tahu isi hatiku.
Ada rasa terselip di dalam dada yang membuat aku selalu mengingatnya, mungkin rasa itu bisa disebut cinta. Getar cinta mulai bereaksi, sejak dia menjadi ksatria penolongku sore itu.
Arbani Maulida Razak, dia adalah Kakak kelasku di fakultas yang sama. Dia sosok pria yang pintar, ibadahnya rajin, dan juga tampan. Wanita mana yang tidak mengagumi kelebihannya? Dia yang berhasil membuka perasaanku.
Sebelumnya, aku tidak pernah menyimpan rasa kagum kepadanya, sekedar ingin memandangnya pun tidak pernah terpikirkan olehku. Aku selalu bersikap cuek meskipun para wanita lain banyak yang mendambakan dia, tapi aku tidak. Rasa kagumku mulai muncul sejak peristiwa sore itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.