30. Jodoh

4.8K 190 6
                                    


Jodoh tak akan pernah tertukar
Bersabarlah menantikannya dalam doa

Aku tatap langit-langit kamarku, pemandangannya tidak menyenangkan. Di rumah sendirian terasa membosankan, aku jenuh berdiam diri di dalam rumah. Harusnya aku ikut ke perkebunan bersama Kak Kamil, berada di alam bebas adalah hal yang menyenangkan, mata seakan tidak bisa berpaling dari indahnya pemandangan. Aku ingin sekali mengunjungi setiap tempat yang berbaur alam. Dering ponselku menyadarkan aku dari khayalanku. Aku mengangkat panggilan masuk dari Syifa.

"Assalamu'alaikum ?"ucap Syifa.

"Wa'alaikum salam."jawabku.

"Bisa kita ketemu hari ini, Ana? Kamu sibuk enggak ?"tanya dia tanpa basa-basi.

"Kebetulan aku di rumah sendirian nih, kamu ke sini saja."jawabku, sumringah.

"Di rumah ibumu kan ?"

"Bukan. Aku di rumahku, nanti aku share lokasi ."kataku.

"Kamu tinggal di mana? Tega euy enggak pernah cerita kalau kalau kamu udah punya rumah sendiri."ucap Syifa terdengar sedikit kecewa.

"Udah datang saja ke sini, nanti aku ceritain secara langsung."tegasku.

"Nah gitu dong. Oke siap, Assalamu'alaikum ?"

"Wa'alaikum salam."

Telepon pun ditutup. Aku mengirimkan posisiku sekarang agar Syifa dengan mudah menemukan rumahku. Pesannya langsung ceklis biru, tandanya sudah dibaca oleh Syifa. Dia mulai mengetik.

Tringggggg....

Ponselku berbunyi, aku buka pesan dari Syifa.

Syifa

"Aku OTW nih, tunggu ya ?"

"Oke."balasku.

Aku menunggu dia hampir satu jam, aku khawatir dia nyasar sedangkan aku juga belum hafal juga daerah sini. Kekhawatiranku terobati ketika mendengar bunyi bel, itu pasti Syifa. Aku buru-buru membukakan pintu. Gadis cantik itu datang juga, penampilannya tidak pernah berubah, selalu tampil anggun. Dia memakai gamis dan khimar berwarna abu-abu, wajahnya semakin cerah, menandakan dia sedang bahagia.

"Assalamu'alaikum ?"dia tersenyum padaku.

"Wa'alaikum salam"jawabku, membalas senyumnya.

"Silahkan masuk."aku mempersilahkannya masuk.

"Ini rumah kamu ? Masya Allah, bagus banget, sederhana juga."matanya berkeliaran memandangi isi rumahku.

"Sekarang duduk dulu, aku buatkan minum."

Dia duduk di ruang tamu. Aku pergi ke dapur membuatkannya jus jeruk. Aku menghidangkan jus jeruk beserta kue lapis. Aku ikut duduk di sebelahnya.Dia masih saja memandang kagum rumahku, matanya mungkin telah terhipnotis oleh ruangan ini.

"Minum dulu.."titahku. Dia meminum jus jeruk buatanku beberapa teguk.

"Kamu harus ceritain semuanya, kenapa bisa ada disini ?"tanya Syifa penasaran.

"Jadi gini Fa, hari ke tiga pernikahan aku dan Kak Kamil, dia ngajakin aku pindah rumah, katanya sih kita akan tinggal di Jakarta. Tapi ternyata..."aku menghentikan penjelasanku supaya membuat dia penasaran.

"Ternyata apa? Jelasin yang lengkap atuh, buruan."desaknya semakin penasaran.

"Ternyata dia ngasih aku kejutan, membawa aku ke rumah ini."lanjutku.

"So sweet, bikin iri. Kamu beruntung dapetin suami seperti Kamil, dia juga beruntung dapetin kamu."

"Makanaya nikah, biar bisa so sweet juga."ledekku.

Ahlan Wa Sahlan Kekasih HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang