12. Kebencian yang Menguasai Jiwa

3.8K 184 0
                                    

🔥🔥🔥

Kebencian membinasakanmu dari kebahagiaan
Menebar rasa sayang akan memberimu kebahagiaan

☆AWSKH☆

***

Selama bertahun-tahun, Kamil tidak pernah akur dengan Abinya, dia tidak mau mengikuti aturan sang Abi. Hampir setiap malam, Kamil pulang dalam keadaan mabuk, dia selalu melanggar larangan Allah.

Gaya hidupnya jauh berbeda dengan keluarganya yang taat dengan aturan Allah. Jangankan meminum alkohol, sekedar mencium aromanya pun enggan dilakukan Arbani dan Abinya. Rokok saja selalu mereka jauhi, meski hukum haramnya masih menjadi perdebatan sebagian ulama. Hanya Kamil yang berani melanggar larangan Allah, dengan cara itulah dia sengaja melawan Abi.

Rasa benci selalu menyelimuti hati Kamil. Kepergian sang Ummi menggoreskan luka paling dalam di lubuk hatinya. Dia masih belum bisa menerima Abinya melakukan poligami. Bukan karena Kamil menentang pologami sebagaimana yang di perbolehkan dalam Islam, dia hanya ingin memegang prinsipnya yang tak menyukai poligami.

Kamil tidak melarang siapapun melakukan poligami, asal jangan Abinya. Manusia biasa tidak akan mampu bersikap adil. Mungkin poligami sudah ada sejak zaman para Nabi, tapi para Nabi berpoligami karena memiliki berbagai alasan. Seperti Rasulullah menikahi para janda yang di tinggal suaminya yang gugur dalam medan perang atau meninggal dunia.

Alasan berpoligami di zaman sekarang belum bisa di terima akal sehatnya. Abinya menikahi wanita yang lebih muda, usia mereka sangat jauh. Wanita yang bernama Laila lebih cocok menjadi keponakan Abi daripada seorang istri. Alasan Abinya menikahi Ummi sambungnya karena menjalankan permintaan guru pesantrennya yang merupakan Ayah dari wanita itu.

Guru pesantren Sang Abi meninggal dunia, dia menitipkan putri semata wayangnya pada dia agar dinikahi. Wanita itu bersedia dinikahi Abi Razak. Alasan itu sangat tidak masuk akal bagi Kamil, seharusnya Abi bisa saja mengangkat dia menjadi anak. Tapi Abinya malah menjalankan permintaan yang membuat Kamil membencinya.

Tidak ada wanita yang mau di duakan. Wanita adalah makhluk pecemburu yang selalu ingin jadi nomor satu, Kamil mengerti akan hal itu. Meski Umminya bilang ikhlas, tapi Kamil tidak percaya.

Kamil memang sangat mengistimewakan wanita. Kamil berprinsip, cukup satu wanita yang menjadi ratu dalam kerajaannya. Selama seorang istri masih bernapas, tidak ada alasan untuk menikah lagi.

Sosok Ummi kandungnya tak akan tergantikan oleh siapapun, meski Ummi sambungnya menyayangi dia layaknya anak kandung. Kamil tidak pernah bertegur sapa dengan Ummi sambungnya layaknya seorang Ibu dan anak.

Kamil mengetuk pintu rumahnya dalam keadaan mabuk berat. Tak hentinya dia mengetuk pintu dengan kasar sebelum ada orang yang membukanya.

"Buka...Bukaaaaaa..."teriak Kamil, sangat keras.

Dor...Dor...Dor

Suara pintu yang diketuk Kamil dengan kencang. Seseorang akhirnya membukakan pintu, Abinya yang membukakan pintu.

"KAMIL, kamu mabuk lagi?"Bentak Abinya.

Kamil hanya tertawa renyah mendengar bentakan sang Abi. Abi menarik Kamil ke dalam, lalu mendorong Kamil yang sudah tak berdaya akibat pengaruh alkohol, akhirnya Kamil terjatuh di lantai. Kemarahan sang Abi kian memuncak, wajahnya memerah, otot-ototnya menegang. Abi meluapkan seluruh emosinya.

"Kamu mau kapan berubah? Kamu enggak kasihan dengan Ummi disana? Dia pasti menangis melihat kelakuanmu."Bentak Abi, sangat keras.

Suara Abi membangunkan istrinya dan Arbani. Kamil bangkit dari posisinya, dia melemparkan vas bunga yang ada di meja sampai hancur menjadi kepingan kecil, isinya pun berhamburan.

"Aku kaya gini karena Abi, harusnya Abi mikir!"dia menunjuk Abinya dengan berani.

"Anak kurang ajar."satu tamparan melesat di pipi Kamil.

"Ada apa, Abi?"tanya istrinya yang tiba-tiba muncul.

"Anak itu bikin ulah lagi."jawab Abi sangat emosi.

Kamil hendak membalas tamparan Abi, namun Arbani keburu datang menghalanginya. Ummi membawa Abi agar tidak memperpanjang pertengkaran itu. Abi yang terlanjur emosi sulit di pisahkan dari Kamil. Tapi akhirnya Ummi berhasil meluluhkan hatinya, Ummi membawanya pergi.

Arbani tak tega melihat langkah Kamil yang tak karuan akibat pengaruh alkohol. Kamil masih saja mengoceh sambil berjalan.

"Orang tua enggak punya ha...ti, tega menam...par anaknya. Poli...ga...mi saja yang dia pikir...kan."gerutu Kamil yang diiringi cegukan.

"Udah Kamil! Yuk masuk."ajak Arbani.

Arbani menuntun adiknya sampai kamar. Kamil pun menjatuhkan badannya di atas kasur, dia langsung terlelap. Arbani membenarkan posisi tidur Kamil, karena satu kakinya masih ada di bawah. Arbani juga yang membuka sepatu dan jaket Kamil. Dia membalutkan selimut di tubuh adiknya. Arbani tetap menyayangi Kamil, meski kelakuan Kamil tidak terpuji. Arbani yakin suatu saat nanti Kamil yang dulu pasti kembali.

 ***                       

Baca part selanjutnya guys, ketika Arbani dan Ana menemani Dzakira jalan-jalan. Jangan lupa review dan votenya :) Thanks yang udah mau mampir di ceritaku.

Ahlan Wa Sahlan Kekasih HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang