“Nah, seperti itu dong. Kan aku jadi bisa melihat wajahmu. Aku sangat rindu dengan wajah imutmu.”
Kata-kata Donghyuck membuatku menjadi tambah gugup. Sejak kapan dia jadi pintar ngegombal, apa memang sejak dulu sudah pintar?
“Wajah kamu kenapa? Kok merah gini.” Donghyuck memegang kedua pipiku yang tentu saja memerah.
“Kamu demam ya?”
“Nggak kok.” Jawabku sambil menjauhkan wajahku dari tangan Donghyuck.
Donghyuck tersenyum mendengar jawabanku tadi.
“Syukurlah.”Kami mulai bicara lebih santai, tidak ada kecanggungan lagi. Sampai-sampai aku lupa waktu karena keasyikan ngobrol dengan Donghyuck. Aku pun langsung berpamitan dengan Donghyuck. Donghyuck menganggukkan kepalanya.
Aku berdiri dan berbalik untuk pergi ke pintu kamar. Namun, Donghyuck menarik tanganku hingga aku jatuh ke pelukannya. Seketika, jantungku berdetak cepat dan aku menjadi gugup, untuk kesekian kalinya. Ia semakin mempererat pelukannya padaku.
“Jangan dekat-dekat dengan Mark Lee. Aku nggak suka.” Kata Donghyuck sedikit berbisik di telingaku yang membuatku kaget.
Aku berusaha untuk melepas pelukan Donghyuck, tapi Donghyuck tambah memelukku erat. Aku hanya diam saja untuk beberapa saat.
“Donghyuck lepasin. Aku nggak bisa bernapas.” Kataku pada Donghyuck.
Sebenarnya aku hanya berbohong. Itu hanya alasan agar dia melepas pelukannya.
“Maaf.” Donghyuck langsung melepas pelukannya padaku.
“Donghyuck, tadi kamu bilang apa?” tanyaku pada Donghyuck.
“Tidak apa-apa.”
Aku hanya diam saja setelah mendengar jawaban Donghyuck. Aku pun pamit pada Donghyuck.
.
.
.Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit dalam keadaan melamun. Apa maksud dari yang dikatakan Donghyuck tadi? Mengapa Donghyuck menyuruhku untuk tidak dekat-dekat dengan Mark? Setelah aku pikir-pikir lagi, perkataan Donghyuck sama dengan Mark waktu itu.
Mark menyuruhku untuk menjauh dari Donghyuck, sedangkan Donghyuck menyuruhku untuk tidak dekat-dekat dengan Mark. Apa hubungan mereka? Apa mereka musuhan?
Pikiranku masih kalut dalam permasalahan yang tidak aku mengerti. Hingga seseorang mengagetkanku.
“Sara, aku kira kamu keasyikan ngobrol sama Donghyuck sampai lupa waktu. Lama banget.” Kata Selly yang melihatku berjalan di lorong rumah sakit.
“Maaf, kalian pasti nunggu lama banget ya. Oh, iya, ibu Donghyuck kemana? Kok tadi nggak masuk ke kamar Donghyuck?” kataku pada Selly.
“Tadi kami bertemu dengan ibu Donghyuck di kantin rumah sakit, jadi kami menyuruhnya untuk tetap di kantin, menemani kami. Agar kalian tidak terganggu bicaranya.” Jawab Selly.
“Kok gitu sih? Kan nggak apa-apa juga kalau ibu Donghyuck ada di sana. Daripada Cuma ada aku sama Donghyuck saja.”
“Kamu mau pacaran terus dilihatin sama calon mertua kamu. Kamu nggak gugup.” Tanya Selly yang membuatku merona.
“Pacaran apaan sih? Kami ini nggak pacaran.” Jelasku pada Selly.
“Belum…” kata Selly yang tidak henti-hentinya menggodaku.
“Sudah yuk, kita pulang aja.”
Akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing.
Di rumah, aku mencoba merangkai beberapa petunjuk yang mungkin terjadi antara Donghyuck dan Mark. Mulai dari wajah lebam-lebam karena berkelahi yang menurutku mereka memang berkelahi karena alasan tertentu. Perkataan Mark yang mengatakan kalau aku harus menjauhi Donghyuck. Ditambah lagi perkataan Donghyuck yang juga menyuruhku untuk tidak dekat-dekat dengan Mark karena ia tidak suka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrisy
FanfictionSara "Lee Donghyuck. Dia, cinta pertamaku. Dia mood booster-ku. Dia selalu membuatku happy, disaat aku sedih. Dia segalanya bagiku. Tapi... Dia licik. Dia menyakitiku tanpa alasan yang jelas." Donghyuck "Sara, mengapa aku menyakitimu? Ini diluar ke...