Pak Lee pun mengkode putranya untuk maju ke atas panggung. Dan betapa terkejutnya aku saat melihat Mark sedang berjalan menuju panggung. Apa dia anak Pak Lee? Aku baru ingat, marga Mark kan Lee, sama dengan marga Pak Lee. Berarti benar, Mark Lee adalah anak dari Pak Harvey Lee. Aku memicingkan mataku menuju Mark yang sedari tadi juga sedang menatapku.
Pak Lee memperkenalkan Mark pada para tamu undangan dan wartawan. Mark pun memberikan hormat pada mereka.
“Perkenalkan, ini anak saya, Mark Lee. Dia juga berusia 17 tahun, sama dengan usia anak Pak Deksa. Kebetulan mereka juga bersekolah di sekolah yang sama, SMA Hannam.”
Mendengar Pak Lee mengatakan kalau kami di sekolah yang sama, aku langsung menatap sinis kearah Pak Lee. Kenapa harus diberitahukan kepada semua orang disini? Bagaimana jika mereka jadi memata-mataiku dan Mark saat di sekolah. Papa juga, kenapa tadi bilang kalau aku sekolah di SMA Hannam. Apa papa sedang promosi sekolahku?
Seperti yang aku duga, para wartawan menjadi ribut karena pernyataan Pak Lee kalau aku satu sekolah dengan Mark. Padahal tamu undangan tak terlalu meributkan hal itu, tapi kenapa para wartawan begitu antusias dengan hal itu?
“Apakah Anda saling kenal?” pertanyaan itu ditujukan kepadaku dan Mark.
Aku melirik Mark, untuk melihat apakah Mark akan menjawab pertanyaan dari wartawan tadi. Mark diam saja. Sial, seharusnya dia sebagai laki-laki harusnya menjawab pertanyaan dari wartawan. Apakah harus aku yang menjawabnya?
“Kami saling kenal…”
“Aku tidak kenal dengan dia.”
Kami menjawab pertanyaan secara bersamaan.
Para wartawan tambah ribut. Kulihat para tamu undangan juga mulai ribut. Sial, kenapa Mark tidak bilang-bilang kalau mau menjawab? Jadinya seperti ini kan. Tunggu, bagaimana cara Mark mau memberitahuku, kalau posisi kami berjauhan. Tapi, kenapa Mark bilang ke wartawan kalau dia tidak kenala denganku? Padahal dia yang lebih kenal denganku sampai suka denganku kan? Apa karena dia masih marah dan sekarang dia jadi tidak suka denganku?
“Mana yang benar? Kalian saling kenal atau tidak?” Tanya wartawan tadi.
“Sebenarnya, aku kenal dia karena dia sangat populer di sekolah. Dan mungkin dia tidak kenal aku karena memang kita tidak pernah bertemu secara langsung.” Jelasku pada wartawan.
Kondisi menjadi stabil lagi. Kami turun dari panggung dan menikmati hiburan yang sudah dari tadi siap untuk menampilkan penampilan terbaik mereka. Pertujukan itu yaitu orchestra yang berupa alunan melodi dari beberapa alat musik. Sambil mendengarkan alunan musik tadi, aku menemui mamaku yang sedari tadi duduk sambil melihatku dari bawah panggung.
“Mama, mau pulang..” rengekku pada mama.
“Sebentar lagi juga selesai. Sabar ya.. Kalau lapar, tinggal ambil di meja.”
Memang, dalam aula tersebut sudah disediakan meja panjang untuk tempat makanan dan minuman, jadi para tamu undangan bisa dengan senang hati mengambilnya. Karena merasa sedikit haus, aku pun berjalan menuju meja tadi dan mengambil segelas air. Setelah diisi oleh air sirup, ternyata perutku juga butuh makanan. Aku pun mengambil beberapa makanan ringan untuk mengganjal perutku.
Sebelum makan, aku mencari tempat duduk. Setelah mendapat tempat duduk, aku pun memulai memakan makanan ringan yang aku ambil tadi sambil menonton acara musik dan tari yang sedang dipertontonkan.
“Sudah sembuh?” tanya seseorang padaku. Dia, Mark Lee. Ia duduk di kursi depanku.
“Kamu, kok kamu tahu aku baru sembuh sakit?” tanyaku penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrisy
FanfictionSara "Lee Donghyuck. Dia, cinta pertamaku. Dia mood booster-ku. Dia selalu membuatku happy, disaat aku sedih. Dia segalanya bagiku. Tapi... Dia licik. Dia menyakitiku tanpa alasan yang jelas." Donghyuck "Sara, mengapa aku menyakitimu? Ini diluar ke...