Part 13

29 11 0
                                    

*
*
*

Hari rabu. Jadwalnya lomba mural dan lomba cerdas cermat. Aku bersama Selly dan Jeno menjadi satu tim dalam lomba cerdas cermat. Sedangkan untuk lomba mural diwakilkan oleh Siska, pelukis handalan SMA Hannam yang dalam setiap perlombaan selalu menjadi juara umum.

Sebenarnya, aku sudah ada niatan untuk belajar. Tapi, sifat malas menggodaku untuk tidak belajar. Dan akhirnya, aku pun tidak belajar. Pikirku kan masih ada Selly si rajin dan Jeno si cerdas.

.
.
.

Di kelas, aku bersantai-santai. Tidak ada niatan untuk belajar sama sekali. Aku hanya duduk sambil memainkan handphone-ku. Selly datang.

"Ra, kamu belajar nggak?" tanya Selly penasaran melihatku bersantai-santai memainkan ponsel.

Aku menatap Selly yang berjalan menuju kursinya yang ada di sampingku. Aku menggeleng tanda tidak belajar sama sekali.

"Serius nggak belajar."

"Iya, emang kenapa sih?" tanyaku mulai penasaran.

"Aku juga nggak belajar. Gimana dong, nanti kalau kalah bagaimana?" Selly mulai gelisah.

"Santai saja, kan masih ada Jeno."

Jeno datang.

"Hey yo... What's up guys." Jeno melambaikan tangannya kearahku dan Selly.

"Jeno, nggak usah sok Inggris deh. Kamu tadi malam belajar nggak?" tanyaku pada Jeno.

"Buat apa?" Jeno balik tanya.

"Ya lomba lah, buat apa lagi." Aku mulai geram melihat tingkah Jeno.

"Emang aku ikut lomba ya?"

Astaga Jeno. Kamu itu oon apa tuli sih? Masa nggak tahu kalau jadi perwakilan lomba cerdas cermat.

"Iya, Jeno, kamu ikut lomba. Lomba cerdas cermat. Hari ini, jam 8." jelasku pada Jeno.

"Iya, bercanda. Aku tahu kok. Tapi nggak belajar. Males."
Aku menepuk keningku.

"Ya sudah deh. Siap-siap kalah saja."

'Kepada perwakilan lomba cerdas cermat diharapkan segera menuju ke ruang 1 untuk mengikuti lomba.'

Suara nyaring Bu Jasmine terdengar melalui speaker yang ada di kelasku.

Aku berdiri dari dudukku.
"Ayo, Selly, Jeno. Ke ruang 1." ajakku pada mereka yang juga sedang duduk di kursinya.

"Bawa alat tulis dulu, Ra." kata Selly sambil membuka tempat pensilnya hendak mengambil pulpen dan pensil.

Aku pun ikut-ikutan mengambil pulpen dan pensilku.

"Sel, pinjam pulpen dong. Aku nggak bawa nih." Jeno memohon kepada Selly.

Selly pun mengambil pulpen lagi untuk Jeno.

"Huu.... Nggak modal." Aku meledek Jeno.

"Terserah gue sih."

Jeno dan Selly mengikutiku yang sudah berjalan mendahului mereka. Mereka mensejajarkan langkah kakiku agar sama dengna mereka. Kami berjalan beriringan menuju ruang 1. Kami tiba di ruang 1. Kami duduk di bersebelahan di baris kedua kanan, jauh dari pintu masuk. Karena dalam ruang 1 tempat duduknya tidak seperti kelas lainnya. Di sini, tempat duduknya ada 2 baris kanan dan kiri dan ke belakang 7 baris. Setiap baris ada 6 kursi.

Beberapa siswa mulai masuk ke ruang 1. Setelah lengkap kelasnya, lomba pun dimulai. Babak pertama yaitu tes tertulis. Kami diberi lembar soal dan lembar jawaban. Pertanyaannya ada 50 soal pilihan ganda. Waktu mengerjakan 1 jam.

Hypocrisy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang