Part 15

39 12 8
                                    

WARNING!!
Part ini menampilkan aksi kekerasan dan kata-kata yang kurang pantas.
Harap pembaca bijak dalam membaca part ini.

*
*
*

Kita sampai di rooftop sekolah. Kenapa Donghyuck membawaku ke rooftop?

Donghyuk mempersilahkanku untuk masuk duluan. Aku menurut saja. Kemudian pintu di tutup. Kami berjalan menuju pagar yang berada di depan kami.

“Wahh…” aku takjub melihat pemandangan panggung yang tepat ada di bawah kami.

“Bagus kan.” Aku mengangguk tanda setuju.

“Sara, aku mau ngomong sama kamu. Boleh nggak?” Tanya Donghyuck.

“Ngomong apa?”

“JANGAN” kami langsung menengok kearah sumber suara. Mark Lee? Kenapa dia ada di sini?

Kulihat dia terengah-engah, kesulitan bernafas. Sambil mengatur nafasnya, dia berjalan kearah kami.

“Kenapa kamu ada di sini? Ganggu kita aja.” Kata Donghyuck pada Mark.

“Jangan, jangan percaya sama omongannya. Please, jangan percaya.” Kata Mark sambil memegang tanganku erat.

“Ada apa denganmu?” aku menatap Mark penuh tanya.

“Hey, apa-apaan kamu ini. Datang-datang langsung nyuruh Sara buat apa? Jangan percaya padaku? Emang aku mau ngomong apa kamu tahu? Nggak usah ganggu kita deh.” Donghyuck melepas genggaman tangan Mark padaku.

“Diam kau.” Mark menatap tajam Donghyuck, lalu kembali menatapku.

“Sara, jangan percaya sama dia, please. Dia hanya mau menyakiti kamu.” Mark masih menatapku.

“Woy, kamu ngomong apa sih? Jangan ngarang cerita deh. lebih baik kamu pergi dari sini sekarang.” Donghuck menarik Mark untuk pergi dari sini.

“Lepasin. Kamu jangan deketin Sara lagi.”

“Kamu siapa berani ngatur-atur aku. Terserah aku dong, mau deketin Sara apa tidak, bukan urusanmu. Lagian Sara juga mau kok aku deketin. Iya kan?” Donghyuck menatapku sambil tersenyum. Sedangkan aku masih bingung dengan keadaan saat ini.

“Sara, dia itu licik, Cuma manfaatin kamu buat kesenangannya saja. Dia nggak benar-benar suka sama kamu. Percaya padaku.”

“Woy!!” Tanpa aba-aba Donghyuck langsung memukul pipi kanan Mark hingga dia jatuh ke lantai.

Aku kaget melihat Donghyuck memukul Mark.

“Dengar ya.. Kalo kamu ngomong seperti itu lagi, aku nggak akan segan-segan untuk nyakitin dia. Kamu tahu.” Kata Donghyuck sambil menunjukku.

“Tuh kan, aku bilang juga apa. Dia tidak benar-benar suka padamu. Buktinya dia berani mengancamku buat nyakitin kamu.”

Holy shit!! Diam kau, brengsek.” Donghyuck kembali memukul wajah Mark menggunakan tangan kanannya.

“Akhh… Bullshit!” Donghyuck mengibaskan tangan kanannya lalu memeganginya. Ia seperti menahan sakit di tangannya sehabis memukul wajah Mark.

“Tanganmu tidak apa?” Tanya Mark khawatir.

Aku bingung. Mereka saling benci bahkan sekarang sedang berkelahi, tapi kenapa Mark seperti sangat mengkhawatirkan keadaan Donghyuck saat ini?

“Nggak usah sok baik deh… jijik aku lihatnya. Pergi sana.”

“Oke, fine. Aku tidak akan peduli lagi padamu. Silahkan lakukan apa yang mau kau lakukan. Aku tidak peduli. Aku pergi.” Kata Mark lalu melangkah meninggalkan Donghyuck dan aku di rooftop sekolah.

Hypocrisy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang