Part 8

46 18 2
                                    

Budayakan membaca hingga selesai :-)

*
*
*

Di ruang makan, aku makan malam bersama kedua orang tuaku. Setelah makan, aku berencana untuk memberitahu mama dan papa kalau aku mau untuk dijodohkan. Tapi, aku ragu untuk mengatakannya. Hingga makan malam selesai, aku tetap belum berani untuk mengatakannya.

Mama dan papa sedang menonton TV di ruang tengah. Lebih tepatnya mama menonton TV dan papa melanjutkan membaca dokumen-dokumen dari perusahaannya. Aku ikut bergabung dengan mereka, menonton TV bersama mama. Aku masih saja ragu untuk mengatakan-nya, tapi ini saat yang tepat. Kapan lagi mama, papa, dan aku bisa berkumpul seperti ini. Walaupun papa masih bekerja.  Akhirnya, setelah mengumpulkan keberanianku, aku memberitakukan keputusanku ini pada kedua orang tuaku.

“Ma, pa, aku mau ngomong sesuatu pada mama sama papa.” Kataku sambil meletakkan sendok di atas piring berisi makanan.

“Ada apa sayang?” Tanya mama padaku.

“Gini ma, pa, aku mau dijodohkan sama anak teman papa.” Mama dan papa kaget mendengar pernyataanku.

“Beneran, sayang. Kamu mau?” Tanya papa senang.

Aku hanya mengangguk.

“Bagus dong. Sekalian aja Sara diberitahu.” Kata mam sambil menatap kearah papa.

“Beritahu apa ma?” tanyaku bingung.

“Tanya papa.” Aku langsung menatap papa.

“Jadi gini Sara, papa dan teman papa akan mengadakan pers untuk mengenalkan kamu di dunia luas sekaligus memberitahukan soal perjodohan ini.”

“Kapan itu pa?”

“Hari sabtu besok.”

“Hari sabtu besok? Berarti satu minggu lagi?”

Papa mengangguk.

“Itu terlalu cepat, pa. aku belum siap.”

“Tenang aja. Acara pers besok tujuannya Cuma mau memperkenalkan kamu ke media massa. Itu aja.”

“Beneran Cuma itu?”

“Nggak sih, sekalian membicarakan soal perjodohan kalian.”

“Tuh kan.”

“Nggak apa-apa, sayang. Kamu pasti bisa melewatinya.”

“Oke, baiklah.”

Aku pergi ke kamar setelah diberitahu hal yang tidak mengenakkan. Bagaimana tidak? Aku baru saja mengambil keputusan tentang perjodohanku dan belum siap untuk meninggalkan cinta pertamaku, Lee Donghyuck. Dan sekarang, aku diberitahu papa kalau aku akan diperkenalkan ke media.

Soal perjodohan, pasti akan dibahas pada acara itu. Otomatis, aku akan bertemu dengan orang yang akan dijodohkan denganku. Yah, aku nggak peduli mau dia jelek atau ganteng, pintar atau bodoh, aku tetap akan menganggapnya jelek dan menolak perjodohan ini. Tapi kenapa aku gugup seolah kejadian besok akan sangat penting bagiku?

.
.
.

Aku masuk ke kamarku dengan perasaan tak karuan. Antara gugup dan bingung mengingat satu minggu lagi aku akan bertemu dengan orang yang akan dijodohkan denganku. Aku berjalan menuju meja belajar. Niatnya mau mengerjakan PR Matematika, tapi karena perasaanku masih belum stabil, aku malah bermain ponsel.

Kubuka ponsel hingga memunculkan wallpaper idol Korea Selatan, Haechan NCT. Banyak sekali notifikasi pesan dari chat group ‘Poligami Squad’ dan Lee Donghyuck? Kapan dia chat aku?
Ia mengirim pesan sesaat setelah aku keluar dari kamar untuk makan malam. Aku langsung membuka pesan dari Donghyuck. Betapa terkejutnya aku ketika membuka pesan darinya.

Hypocrisy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang