Part 20

24 7 2
                                    

HALO!!!! 🤗🤗🤗

Akhirnya Hypocrisy balik lagi nih😍 setelah sekian lama nggak update😭 maaf banget baru bisa update lagi sekarang😢😢

Ada yang lupa cerita Hypocrisy🙋🙋 saking lamanya hiatus sampe lupa sama ceritanya, sama aku juga sih😅😅 tapi kemaren aku sempetin baca ulang biar nyambung ceritanya. Kalian kalo lupa ceritanya nggak usah repot-repot baca ulang kayak aku. Soalnya nanti akan aku kasih ringkasan ceritanya, biar kalian juga nyambung bacanya.

Selamat membaca😊😘

*
*
*


Review cerita

“Boleh minta nomor kamu?” Donghyuck tersenyum padaku.

Tiba-tiba orang yang aku sukai mulai mendekatiku. Apa aku hanya kegeeran saja, atau dia memang suka padaku?

“Aku suka padamu.” “Jangan dekat-dekat dengan Donghyuck.”

Mark juga aneh sekali. Aku bahkan tidak pernah membayangkan kalau Mark akan menyukaiku. Tapi ada apa dengan kata-katanya? Jangan dekat dengan Donghyuck? Bagaimana bisa?

“Cih, benar. Aku memang mempermainkan kamu. Karena kamu orang yang disukai oleh dia.” Kata Donghyuck sambil menunjuk Mark.

Aku tak habis pikir. Donghyuck sangat kejam padaku. Dia menyakitiku. Hingga aku tidak sekolah karena trauma pada kekerasan. Di saat terburukku ini, Mark selalu menemaniku. Hingga aku mulai membaik lagi.

“Aku dan Donghyuck memang berteman dulu. Tapi pertemanan kita hancur gara-gara aku.”

Mark menceritakan pertemanannya yang hancur karena kesalahpahaman antara mereka. Dulu, Donghyuck sangat pandai bermain piano. Tapi karena suatu kejadian yang membuat tangannya cidera, ia mulai menyalahkan Mark. Hal itu didasari saat perkelahian mereka di lapangan sekolah dan taman.

Di lapangan sekolah, Mark mencoba menolong Donghyuck yang kesakitan akibat tangannya diinjak oleh Anno. Dia mengatakan kalau Mark hanya memanfaatkan Donghyuck agar terkenal. Dan saat di taman, tangan Donghyuck yang hampir sembuh terluka lagi karena memukul Mark. Ia masih marah padanya dan akan balas dendam. Sejak itu, Donghyuck kehilangan mimpinya menjadi pianis dan ia tidak akan menyentuh piano lagi.

###


Sara pov.

“Jadi, Donghyuck kehilangan mimpinya menjadi pianis gara-gara melukai tangannya saat berkelahi denganmu.” kataku memastikan.

“Bisa dikatakan begitu.” Mark masih menunduk.

“Tapi kenapa dia tiba-tiba memukulmu saat di taman? Apa alasannya?”

“Aku juga belum tahu alasannya. Yang dia katakan hanya marah, kesal, dan balas dendam. Itu saja. Katanya aku harus cari tahu sendiri alasannya.”

“Marah, kesal, dan balas dendam?” Aku berpikir keras, menerka-nerka apa yang ada dipikiran Donghyuck saat itu. Dan akhirnya, aku tidak menemukan jawabannya.

“Sudahlah, jangan dipikirkan. Mending kita balik ke kelas, udah bel masuk.” kata Mark sambil bangkit berdiri.

“Sebentar, aku mau tanya satu hal lagi.” Aku ikutan berdiri.

Hypocrisy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang