Part 11

32 13 3
                                    

Happy reading... 😘😘

*
*
*

Kenapa dia menolaknya? Apa karena masih marah sama aku ya? Padahal aku sendiri tidak tahu masalahnya apa sampai Mark marah padaku.

“Memang kamu sama anak Pak Lee saling kenal ya?”

“Iya, aku kenal Mark. Kan kami satu sekolah.”

Aku dan papa sedang berbincang tentang perjodohan. Mama hanya menatapku dan papa yang serius ngobrol.

“Beneran? Bagus dong. Tapi kenapa dia nggak mau dijodohin sama kamu? Apa dia sudah punya pacar?”

Aku berpikir sebentar. Siapa pacar Mark? Sedangkan orang yang dia suka aku. Apa dia sudah move on dariku? Entahlah. Toh itu bukan urusanku. Tapi kenapa aku kepo? Ckk-

“Pacar apaan? Dia aja pernah nembak aku buat jadi pacarnya. Tapi aku tolak. Sekarang nggak tahu dia masih suka sama aku apa nggak.”

“Hah?” papa dan mama terkejut mendengar pernyataanku tadi.

“Kenapa kamu tolak? Mungkin dia jadi canggung sama kamu karena kamu tolak.” kata mama padaku.

“Aku kan nggak suka sama dia. Kenapa juga aku terima cintanya sedangkan aku nggak cinta padanya?”

“Bener juga sih.. Sara berhak tolak cintanya Mark sih. Tapi mama juga bener kalau hubungan kalian jadi canggung saat Sara tolak cintanya. Jadi, mungkin Mark nggak mau dijodohin sama orang yang nggak mencintainya.” jelas papa.

“Wah, papa kayak masih muda aja. Bisa bilang kayak gitu..”

“Kamu belum tahu? Papa kan masih 20 tahun.” kata papa dengan pedenya.

Aku dan mama tertawa melihat kelakuan papa yang seperti anak muda. Kemudian papa juga ikut tertawa.

“Ya udah pa, ma. Aku balik ke kamar dulu.” kataku setelah lelah tertawa.

“Iya, selamat malam sayang.” kata mama padaku.

“Selamat malam Sara.” kata papa juga padaku.”

“Selamat malam mama, papa.”
Aku membuka pintu kamar lalu keluar dari kamar kedua orang tuaku. Aku langsung pergi ke kamarku.

“Banyak banget notifikasinya. Dari chat group lagi.”

Aku membuka ponsel sesaat setelah membuka pintu kamarku. Dan sebenarnya aku sudah tidak terkejut lagi dengan pesan yang sampai beratus-ratus dari grup 'Poligami Squad'. Tapi tetap saja, aku belum terbiasa dengan itu. Kubuka pesan dari grup tadi.

“Apa sih yang dibahas di grup ini.”

Aku tidak membaca satu persatu pesan itu. Aku hanya men-scroll hingga bawah. Aku menutup layar ponsel, lalu pergi ke kasur. Aku mengambil selimut dan tidur dengan nyenyak.

.
.
.

Pagi hari, aku berangkat sekolah mengenakan pakaian olahraga. Karena hari ini penentuan juara lomba voli dan basket. Kemarin, setelah dari indoor, aku beserta teman lainnya kembali bertanding voli melawan kelas 11-8. Dan tim kami menang.

Selesai apel pagi, kami melanjutkan lomba. Aku bersama teman satu timku sudah bersiap-siap di lapangan voli. Pertandingan pertama adalah kelas 11-1 melawan 11-3.

Pritt...

Peluit berbunyi tanda permainan voli dimulai. Yahh.. Seperti permainan bola voli biasanya, kami berusaha memasukkan bola ke daerah lawan. Kalau diceritain lebih rinci akan sangat membosankan. Jadi, intinya tim kami menang. Dan berlanjut ke babak final. Babak final berlangsung setelah satu kali pertandingan lagi. Aku dan timku tidak pergi dari area lapangan karena pertandingan final akan berlangsung tidak lama lagi.

Hypocrisy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang