Part 14

28 11 0
                                    

Hari kamis.

Jadwalnya lomba band antar kelas. Lokasinya di aula sekolah SMA Hannam. Persiapan dari jam 07.30 sampai 09.00. Dan mulai perlombaan pukul 09.00.

Dalam perlombaan ini, kelasku mewakilkan 5 orang, yaitu Yeri sebagai vokalist, Jungwoo sebagai bassist, Dio sebagai guitarist, Nurul sebagai keyboardist, dan Johnny sebagai drummer. Band Yeri dkk. mendapat nomor undi 14 dari 20 band. Tergolong terakhir tampilnya.

Aku dan Selly membantu Yeri dkk mempersiapkan kostum, make up, dan perlengkapan lainnya. Untuk kostum, kami ada tema yaitu simple. Jadi, kostumnya ya sederhana, seperti celana jeans kemeja putih untuk cowok dibalut jaket jeans yang terlihat cocok. Untuk keyboardist menyesuaikan yang cowok. Sedangkan Yeri, menggunakan dress putih panjang dibawah lutut dibalut jaket jeans yang tetap terlihat cocok jika dilihat.

Untuk make up-nya, cowok tidak pakai ya.. Nanti dikira member boyband Korea nyasar ke Indonesia. Hanya cewek yang memakai, itupun tidak tebal. Cuma untuk menutupi bekas jerawat atau lainnya. Selesai persiapan, kami pergi menuju aula. Di sana sudah diberi tempat duduk yang cukup untuk semua siswa SMA Hannam. Kami duduk di barisan ketiga pojok kanan.

Perlombaan dimulai. Band pertama maju ke atas panggung. Setelah itu band kedua, ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya. Saat penampilan band ke-13, Yeri dkk. disuruh oleh panitia untuk bersiap di belakang panggung. Mereka pun mengikuti panitia tadi. Sedangkan aku dan Selly tetap duduk tenang di kursi kami. Selesai penampilan band 13, band kami pun maju ke depan.

Jreng...
Dio memulai melodi lagu dengan baik, diikuti Jungwoo, Nurul, dan Johnny. Lalu Yeri mulai bernyanyi.

“Suara Yeri lumayan juga.” kataku saat mendengar nyanyian Yeri.

“Yah, lumayan lah.. Tapi kalau juara sih kayaknya nggak dapet. Masih kalah sama band yang sebelumnya.” kata Selly padaku.

“Jangan pesimis dong. Positive thinking aja.”

“Iya deh, iya.”

“Yeri kenapa tuh?” tanyaku ketika melihat Yeri kebingungan.

“Kayaknya mic Yeri mati deh.. Nggak ada suaranya.” kata Selly yang juga melihat Yeri sedang kebingungan.

Siswa-siswa lain yang melihat Yeri mulai berbisik-bisik kepada teman sebelahnya. Hahh... Aku benci kebiasaan siswa-siswa ini. Membuat orang yang di depan tambah frustasi dan gugup. Mereka nggak merasakan jadi orang yang di depan seperti Yeri. Coba kalau mereka yang di posisi Yeri saat ini.

“Yeri, semangat...” teriakku pada Yeri untuk mengurangi rasa gugupnya.

Panitia mengkode kepada Yeri dkk. untuk turun dari panggung. Mereka pun turun dari panggung. Para siswa masih saja saling berbisik-bisik pada temannya yang bisa aku dengar percakapan mereka. Yeri dkk. berjalan ke arahku. Kulihat mereka sedang menahan malu. Aku dan Selly langsung menghampiri mereka.

“Tadi kenapa?” tanya Selly pada Yeri.

“Nggak tahu, tiba-tiba mikrofon-ku nggak nyala. Otomatis suaraku nggka kedengeran kan. Jadinya, aku bingung harus gimana.” jelas Yeri padaku dan Selly.

“Ya sudah, semangat ya...” Yeri mengangguk.

“Ya udah, mending kita balik ke kelas aja. Kalau disini malah jadi bahan omongan siswa-siswa lain.” ajakku pada mereka.

Mereka pun mengangguk. Kami pergi meninggalkan aula menuju kelas.

.
.
.

“Gimana tadi? Maaf aku nggak bisa nonton kalian tampil.” tanya Velly saat melihat band kelasnya masuk ke kelas.

Hypocrisy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang