Part 22

30 8 2
                                    

Siang sudah berganti menjadi malam. Sekarang aku dan yang lainnya sudah mengelilingi api unggun. Tidak seperti kemah pramuka yang biasanya tegang, disini kami sangat santai. Bersenang-senang, bernyanyi, bercerita, dan banyak lagi. Bahkan ada seorang siswa yang dengan percaya dirinya mengajak salah satu guru untuk ikut bernyanyi. Aku tidak tahu nama guru itu karena kelasku nggak diajar sama dia, yang kutahu guru itu termasuk guru yang disiplin.

Semua bersenang-senang dan tertawa, kecuali aku. Daritadi aku hanya melamun saja, entah apa yang ada di pikiranku saat ini. Karena terlalu berisik, aku lebih memilih balik ke tenda. Mencari tempat sepi yang mungkin bisa membuat pikiranku kembali waras. Saat sudah sampai di depan tenda, seseorang tiba-tiba menarik tanganku secara paksa.

"Ikut aku" katanya singkat.

Aku hanya bisa mengikuti orang tersebut sambil terus menatapnya dengan tidak percaya dengan keadaan ini. Bagaimana tidak, orang yang menarikku secara tiba-tiba itu adalah Donghyuck. Orang yang aku benci sekaligus aku sukai.

"Kenapa kamu menarikku tiba-tiba? Ada yang mau diomongin?" tanyaku setelah dia melepas genggamannya di pergelangan tanganku.

"Ada yang mau aku omongin sama kamu."

"Apa?"

"Aku tahu ini sangat sembrono dan sulit untuk dimaafkan, tapi aku cuma mau bilang kalau aku suka padamu."

"Apa? Aku tidak salah dengar?"

"Mau nggak kamu jadi pacarku?"

"Kelakuanmu tidak sopan sekali. Setelah apa yang kamu lakukan padaku kemarin, sekarang kamu bilang suka padaku? Kamu sadar nggak apa yang telah kamu lakukan ini?"

"Aku tahu aku sangat kurang ajar. Mungkin ini karma bagiku karena sudah menyakitimu. Tapi perasaanku tulus padamu, aku benar-benar suka padamu."

"Aku tidak percaya ini. Bahkan kamu belum minta maaf setelah perbuatanmu kemarin padaku. Dan sekarang..." aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku.

"Soal kemarin, aku minta maaf. Karena sudah mempermainkan perasaanmu, membohongimu, menyakitimu dan semua kelakuan burukku padamu. Semuanya, aku minta maaf."

"Kamu tulus minta maaf?"

"Iya, aku sungguh-sungguh minta maaf padamu. Aku menyesal melakukan semua itu padamu. Aku sudah dibutakan oleh rasa dendam, hingga aku tidak menyadari perasaanku padamu."

"Oke, aku memaafkanmu, tapi dengan syarat."

"Apa?"

"Kamu harus baikan sama Mark. Jangan musuhan lagi. Kalian harus berteman lagi, seperti dulu."

"Nggak bisa."

"Kenapa?"

"Sudah terlambat untuk kita berteman lagi, kita sudah lama tidak berbicara. Dan mungkin diantara aku dan Mark akan canggung, tidak akan seakrab dulu lagi."

"Tidak ada kata terlambat dalam berteman lagi. Kalian masih bisa berteman seperti dulu lagi. Jika kalian saling memahami keadaan satu sama lain, kalian bisa seakrab dulu."

"Mustahil. Dia pasti tidak mau berteman dengan orang semacam aku lagi. Dia sangat benci padaku."

"Kata siapa? Itu hanya spekulasimu saja. Kamu tidak tahu apa yang ada di dalam benaknya. Kamu harus mencoba membujuknya agar bisa memaafkanmu dan berteman denganmu lagi."

"Baik. Aku akan mencobanya. Tapi jangan berharap lebih."

"Aku harap kalian bisa akur lagi."

"Ngomong-ngomong, soal perasaanku padamu, bagaimana? Apa kamu menerimaku?" kata Donghyuck sambil mengusap tengkuknya canggung.

Hypocrisy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang