.
.
.“Lee Donghyuck? Mark Lee?” sapa seseorang yang tak mereka kenal.
“Siapa ya?” Tanya Mark heran.
“Ini aku, Hanif teman SMP kalian, masa’ lupa?”
“Hanif? Hanif sia- Ah, aku ingat. Kamu yang dulu temenan sama Si Brengsek itu kan?” Tanya Mark marah setelah mengingat kalau dulu hubungannya dan Donghyuck hancur karena Si Hanif dan temannya yang ia lupa namanya.
“Wohoo… santai saja, jangan marah-marah. Mending kita cari tempat buat ngobrol dulu. Nggak enak disini, banyak orang.”
“Oke, ayo. Kita cari tempat yang senyaman mungkin, kita bicarakan kejadian masa lalu.”
“Mark, kenapa kamu bersemangat sekali. Aku jadi takut nih.”
“Ngapain kamu takut, aku nggak akan mukul kok. Mungkin.”
Waktu yang tepat bagi Mark. Akhirnya ia dapat bertanya ke Hanif masalah dulu yang membuat pertemanannya dan Donghyuck putus. Dan ia bisa berbaikan dengan Donghyuck lagi.
“Wah kalian hebat ya.. masih sahabatan sampai sekarang. Aku iri deh.” kata Hanif pada Mark dan Donghyuck. Mereka sedang berada di sebuah café di dekat mereka bertemu tadi. Mark dan Donghyuck duduk bersebelahan, sedangkan Hanif duduk sendiri di depan Mark.
“Ekhem… Itu, kamu kayaknya salah paham deh. Kita udah nggak sahabatan lagi.” Kata Donghyuck meluruskan.
“Nggak? Terus selama ini hubungan kita apa? Kamu nggak anggap aku teman kamu?”
“Emang kita pacaran? Hubungan apa, cih.”
“Hey, Lee Donghyuck!!” Mark bangkit dari tempat duduknya menghadap Donghyuck. Ia marah pada Donghyuck.
“Hey hey!! Kenapa malah berantem sih? Mark, kamu duduk sekarang. Dan kamu, Donghyuck, jangan mancing ribut disini deh. Lagian kalian ngapain jalan bareng di mall kalo udah nggak sahabatan?” Mendengar perkataan Hanif, Mark pun duduk di kursinya dan Donghyuck diam saja.
“Sebenarnya kalian kenapa sih? Masa’ kalian masih salah paham soal yang terjadi saat SMP dulu sih.”
“Tapi masalahnya itu di Donghyuck, padahal udah aku jelasin berkali-kali kalau masalah itu Cuma salah paham, tapi dia nggak percaya. Dia malah lebih percaya sama Si Brengsek itu, siapa namanya?”
“Anno.”
“Nah iya, itu. Kenapa kamu lebih percaya pada dia?”
“Itu- Entahlah, aku nggak ingat. Lagian bener kan perkataannya, kamu pengkhianat.”
“Apa? Pe-pengkhianat. Siapa pengkhianat disini? Kamu pengkhianatnya disini, Donghyuck. Kamu lebih percaya sama Anno daripada aku, teman kamu sendiri. Menurut kamu itu bukan pengkhianat?”
“Menurut kamu orang yang berteman Cuma buat ketenaran sendiri bukan pengkhianat?” Donghyuck menimpali.
“Hey, aku sudah bilang berkali-kali kalau yang dikatakan Anno itu nggak bener. Kamu masih aja percaya dia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypocrisy
FanfictionSara "Lee Donghyuck. Dia, cinta pertamaku. Dia mood booster-ku. Dia selalu membuatku happy, disaat aku sedih. Dia segalanya bagiku. Tapi... Dia licik. Dia menyakitiku tanpa alasan yang jelas." Donghyuck "Sara, mengapa aku menyakitimu? Ini diluar ke...