Part 1

327 24 5
                                    


Sara Ameswara.

Itulah nama yang diberikan papaku kepada bayi mungil yang baru lahir ke dunia ini, yaitu AKU.

Kedatanganku ke dunia sangat dinanti-nantikan oleh kedua orang tuaku. Pasalnya, kedua orang tuaku sudah menikah lebih dari 3 tahun, tapi belum juga dikaruniai seorang anak.

Nah, akhirnya mereka dikaruniai anak yaitu AKU, tepat di hari pernikahan mereka yang ke-4 tahun. Mereka sangat senang melihatku menangis untuk pertama kalinya.

Aku adalah anak pertama dan satu-satunya di keluargaku. Papaku, Deksa Adi Nugroho, seorang pengusaha sukses yang mampu merajai pasar saham di Indonesia. Bisnis yang dijalankan papaku sudah tersebar di seluruh negeri, bahkan hingga ke penjuru dunia. Walaupun sibuk mengurus perusahaan, ia tetap selalu meluangkan waktunya untuk berkumpul bersama keluarganya.

Sedangkan ibuku, Siti Ayu Ameswara, hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang kerjaannya cuma ngegosip dengan tetangga atau asisten rumah kami. Biasanya sih, ngegosip bareng Bi Yanti, asisten rumah tangga kami.

Aku bersekolah di sekolah swasta elite bernama SMA Hannam. Aneh memang, mengapa sekolah Korea Selatan ada di Indonesia?

Jawabannya, karena pendiri sekolah tersebut adalah orang Korea Selatan yaitu Lee Jeong Nam. Namun, beliau sudah pension dan digantikan oleh anaknya, Lee Seong Woon.

Papaku menyekolahkanku di sekolah elite tersebut bukan tanpa alasan, bukan pula karena aku anak orang kaya. Tapi karena agar aku dapat belajar dan mendalami berbagai bahasa asing sejak dini.

Kata papaku, aku harus menguasai banyak bahasa asing agar ketika aku melanjutkan perusahaan papa, aku dapat bekerja sama dengan klien luar negeri.

Sekolah itu merupakan sekolah internasional satu-satunya dan sangat terkenal di masyarakat. SMA Hannam juga memiliki banyak kelas tambahan untuk murid yang ingin belajar lebih mengenai satu mata pelajaran. Dan tentu saja aku mengikuti kelas bahasa.

.
.
.

“Hey, tunggu aku!!” teriakku pada kedua temanku, Selly dan Yeri yang berlari meninggalkanku menuju ke kelas setelah mendengar bunyi bel masuk.

Selly adalah temanku sejak SMP. Ia yang paling mandiri diantara aku dan Yeri. Selain itu, ia juga memiliki pemikiran yang dewasa. Jika temannya memiliki masalah, pasti Selly selalu memberinya nasihat kepada teman-temannya.

Satu lagi temanku yaitu Choi Yeri. Dia keturunan Korea Selatan-Indonesia. Ayahnya adalah orang asli Korea Selatan dan ibunya aalah orang Indonesia. Yeri ini orangnya sangat supel terhadap teman-temannya. Dia mudah bergaul dengan teman baru dan lingkungan baru.

Aku langsung berlari menyusul teman-temanku menuju kelas agar tidak terlambat ke kelas.

.
.
.

Bel istirahat berbunyi. Aku dan kedua temanku langsung berjalan menuju kantin untuk makan karena perut sudah keroncongan dari tadi.

Sesampainya di kantin, aku langsung memesan bakso dan es teh. Begitu pula dengan Selly dan Yeri. Setelah pesanan kami selesai dibuat, kami membawanya menuju meja kosong yang tak jauh dari sana.

Saat tengah lahapnya makan bakso, aku dikejutkan oleh penampakan, bukan setan ataupun hantu gentayangan.

Melainkan sesosok manusia sempurna berbadan tinggi, berwajah tampan seperti idol Korea Selatan. Sosok tersebut sedang berjalan menuju kearahku.

Sontak, aku langsung menghentikan kegiatan makan baksoku.

Aku sedang sibuk menenangkan jantungku yang tiba-tiba terkena serangan jantung dadakan. Bagaimana tidak. Orang yang sedang berjalan ke arahku tadi adalah pria terpopuler di sekolah ini. Sekaligus cinta pertamaku. Lee Donghyuck.

Hypocrisy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang