Bab 13 - Penobatan

82 8 3
                                    

Pantulan sempurna langit pada hamparan laut biru membuat Jingga melupakan sejenak kompetisi yang sedang dia jalani. Ruang di hatinya seakan tak disisakan untuk menyimpan sedikit pun rasa sedih, hampa dan— rindu. Ombak yang bergulung-gulung memecah bibir pantai selatan benua Sundaland. Benua yang diyakini sebagian orang hanya sebatas mitos dan sebagian lagi meyakini bahwa benua ini telah tenggelam puluhan ribu tahun yang lalu saat banjir besar melanda dunia. Nyatanya benua ini tak pernah benar-benar tenggelam. Hanya saja lenyap dari pandangan manusia biasa akibat kubah energi sihir yang sangat kuat melindungi benua ini. Di sinilah Jingga harus menyelesaikan tahapan terakhir kompetisi yaitu bertarung melawan naga atau dikenal sebagai Trondallo oleh bangsa-bangsa nenek moyang Nusantara.

Jingga segera tersadar bahwa saat ini dirinya harus menyelesaikan tantangan terakhir agar bisa diterima menjadi tim elit Sundapura, yaitu menaklukan naga. Ketika permukaan laut menjadi riak akibat sesuatu yang bergerak di dalamnya, Jingga segera memasang sikap siaga dan mengeluarkan Elbran kesayangannya dari tempat penyimpanan tongkat.

Tak lama kemudian, dari dalam air muncul kepala mahluk yang sangat mengerikan, dengan moncong yang dihiasi gigi-gigi tajam seperti belati, misai hijau kebiruan yang tampak cukup kontras dengan sisik mahluk tersebut yang berwarna hijau gelap, dan ada sesuatu yang bersinar di kepala mahluk tersebut, sinar yang berwarna merah keunguan. Itulah batu safir yang harus direbut Jingga sebagai bukti bahwa dirinya berhasil menaklukkan naga.

Rupanya Trondallo yang akan menjadi lawan Jingga berbeda jenis dengan Trondallo lainnya, binatang ini berbentuk ular panjang yang tak memiliki sayap namun memiliki empat kaki. Trondallo jenis ini memiliki bisa yang mematikan.

Jingga segera memasang sikap siaga dan merapal mantra perisai.

—————————————————

Sebelum sempat mereka tebas misai hijau Trondallo dan batu safir merah keunguan itu berhasil mereka rebut, salah satu Trondallo berhasil melarikan diri dengan cara menggali terowongan ke dalam tanah. Sontak Peter dan Evan mengarahkan tongkat sihirnya untuk menyerang Trondallo tadi. Sialnya, Trondallo yang satunya lagi ikut masuk ke dalam terowongan sehingga memaksa mereka untuk mengejar dua Trondallo tersebut.
Setelah merapal mantra teleportasi, yaitu mantra gerak cepat tingkat tiga, mereka berhasil mengejar kedua naga bersayap itu.
Tiba-tiba terlintas ide di kepala Evan. Mereka harus mengepung kedua naga tersebut. Artinya salah satu dari mereka harus ada yang menunggu di depan. Masalahnya, mereka tak tahu arah terowongan itu ke mana. Tetapi mereka ingat bahwa ada ngarai yang sangat dalam di sebelah utara. Peter harus mengarahkan kedua naga itu menuju ngarai dan di sana Evan harus siaga. Setelah kedua naga itu menerobos ngarai dan keluar dari lapisan bumi, dengan sigap mereka harus segera memotong misai hijaunya.

"Bagus juga idemu, Ev," senyum simpul tersungging di bibir tipis Peter.
Evan membusungkan dadanya.

"Kau siap?" Tanyanya pada Peter.
"Yup."

"Let's go!" Seru keduanya hampir bersamaan. Evan segera keluar terowongan dan berlevitasi agar segera sampai di ngarai sementara Peter kembali mengejar kedua naga tadi.

Sekarang Peter ada di belakang kedua naga tersebut dan mengarahkan tongkat sihirnya ke depan untuk membuka jalan agar kedua naga lewat ke sana.
Sementara Evan telah sampai di ngarai dan merapal mantra perisai tingkat tiga seraya mengeluarkan kembali pedangnya. Kini posisi Evan melayang di depan ngarai dengan tongkat sihir di tangan kiri dan pedang di tangan kanannya. Dia harus memperkirakan di mana naga-naga itu akan menerobos keluar.

Beberapa saat kemudian Evan dikejutkan dengan suara ledakan dinding ngarai, sepuluh meter ke sebelah utara. Sebelum kedua naga itu membentangkan sayapnya, Evan menebas misai hijaunya. Kemudian kedua naga itu melemah dan jatuh ke air di dasar ngarai. Evan dan Peter segera mengambil batu safir merah dari kedua Trondallo itu sebelum misai hijaunya kembali tumbuh.

4 ELEMENTS [Diterbitkan Oleh Jejak Publisher]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang