Bab 11 - Kristal Kraiman

108 8 3
                                    

Hidup merupakan perjuangan yang tak pernah putus. Tetapi memperjuangkan sesuatu yang tak perlu, apalagi sampai mempertaruhkan nyawa untuk itu, barangkali kau harus tanyakan kembali tujuan hidup seperti apa yang kau harapkan.

Tetapi, jika hal itu dilakukan demi sebuah kebaikan, mungkin tidak ada salahnya.
Setidaknya itu yang ada dalam pikiran Jingga, begitu juga dengan teman-temannya. Jangan tanyakan tujuan hidup seperti apa yang dia harapkan karena selama tujuh belas tahun dia hidup di dunia, dia masih belum tahu hakikat sebuah kehidupan. Yang dia tahu saat ini dirinya sedang berada di ruangan khusus dan menggenggam Elbran kesayangannya dengan raut wajah cemas karena kompetisi akan segera dimulai!

Kompetisi itu terbagi menjadi tiga tahapan. Yang pertama adalah adu kecepatan dan ketepatan. Para peserta harus mencari delapan bola kristal yang tersebar di Sundapura dan kota satelitnya. Bukan hal yang mudah dilakukan karena selain bola-bola kristal itu tersembunyi, mereka juga harus menghadapi berbagai rintangan untuk mendapatkannya dengan cepat. Selain itu, empat peserta yang tidak mendapatkan kristal otomatis akan tereliminasi. Setelah mereka berhasil mengumpulkan bola kristal, mereka harus menyimpannya ke sebuah benda berbentuk tabung tersimpan di puncak menara Sundapura.

Kristal yang mereka dapatkan adalah tiket untuk melaju ke tahap selanjutnya. Karena itu, mereka harus mengerahkan kemampuannya untuk menentukan tempat kristal secara cepat dan tepat. Sebelumnya mereka telah diajari tentang bagaimana cara mendeteksi totem. Totem adalah benda yang telah dimantrai oleh sihir. Atas dasar kemampuan itu, mereka bisa mendeteksi adanya benda-benda yang mereka cari, seperti bola kristal.

Kristal yang digunakan adalah kristal kraiman. Yaitu kristal yang berwarna-warni yang dikembangkan dari perpaduan teknologi dan sihir bangsa krairon. Kristal ini berbahan dasar logam keras yang enam kali lebih kuat daripada Titanium, dapat ditemukan pada kedalaman perut bumi terutama di perut gunung dekat dapur magma.

"Sudah siap?" Tanya Astra pada ketiga temannya.
Semuanya saling pandang dan mengangguk. Setelah mereka mendengar suara keras sebagai aba-aba, mereka mulai menyebar ke seluruh penjuru kota.

Astra mulai berkonsentrasi merapal mantra,

"Flerus"

Lalu Astra berlevitasi. Dia mencari ke sebelah timur kota. Sementara Jingga ke sebelah selatan. Sementara yang lainnya menyebar ke berbagai arah.

Astra mulai menjejakkan kaki di lembah kota Lamuri sebelah timur. Dia kerahkan kemampuan deteksi totem yang telah dipelajarinya beberapa hari yang lalu. Cukup sulit karena selain kristal itu terletak di tempat yang sangat tersembunyi, kristal itu memiliki daya pantul sihir seperti dua kutub magnet yang saling tolak-menolak. Astra juga tak tahu, apa yang akan dihadapinya sebelum berhasil menemukan kristal itu.
Dia mulai berjalan dan berharap segera menemukan kristal itu. Maka segeralah dia fokus merapal mantra penajam indra,

"Straxovius"

Setelah dia membuka matanya, dia melihat seperti ada pendar cahaya berwarna putih di dalam hutan yang diselimuti kabut tebal. Namun, matanya awas menangkap sekelebat bayangan hitam di depannya. Oh, bukan sekelebat.
Dua,
Tiga.
Tiga bayangan hitam yang cukup besar. Dia waspada dan mulai mengeluarkan Elbran dari tempat penyimpanan tongkat di celananya.

Dia mengarahkan tongkat sihirnya ke arah bayangan hitam di depannya.

"Furanna"

Selarik kobaran api meluncur dari ujung tongkat namun sasaran meleset. Sekali lagi dia merapal mantra api dan

Blasss...

Tembakan itu mengenai bayangan hitam tepat di perutnya. Bayangan itu mengerang. Lalu kedua temannya merangsek ke depan dan mulai melancarkan serangannya. Hal itu menyebabkan sosok mereka mulai terlihat jelas.

4 ELEMENTS [Diterbitkan Oleh Jejak Publisher]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang