Bab 27 - Gerbang Bencana

44 8 7
                                    

Lyra dan Ahmed masih berada dalam labirin yang sangat panjang. Mereka menemukan banyak pintu yang tertutup dan jalan bercabang. Hingga akhirnya mereka berhenti di depan dua gua yang sangat gelap. Mereka menimbang-nimbang apakah mereka akan masuk. Jika mereka masuk, apakah mereka akan berpisah untuk masuk ke masing-masing gua, atau masuk ke salah satu gua bersama-sama.

Jika mereka masuk bersama-sama, gua yang mana yang akan mereka masuki dan akan menuju tempat apa gua ini. Bisa saja mereka juga tersesat dan tak tahu arah kembali. Karena sejujurnya mereka baru kali ini ada di tempat seperti ini. Mereka bahkan baru tahu bahwa ada jalan rahasia dan gua di bawah tanah Sundapura. Ketika mereka masih bimbang untuk membuat keputusan, terdengar dari salah satu gua ada suara runtuhan atau seperti batu-batu berguguran. Mereka memutuskan untuk masuk ke dalam gua yang berada di sebelah kanan bersama-sama.

Mereka berdua menyusuri gua itu. Berjalan beriringan dan berpegangan pada dinding gua yang lembab. Ahmed mengira-ngira mereka berada di kedalaman berapa meter dari permukaan tanah dan menebak kira-kira mereka ada di bawah bangunan apa. Sementara Lyra fokus melihat-lihat ke sekeliling gua dan meraba-raba dindingnya, entahlah apa yang sedang dia pikirkan.

Lorong gua itu terasa sangat panjang bagi mereka karena dari tadi mereka belum menemukan ujungnya. Sepanjang perjalanan mereka yang dirasakan hanya hawa dingin yang menyegarkan dan ada suara gemericik air yang mengalir entah dari mana. Mungkin di atas mereka ada aliran parit atau justru ada sungai bawah tanah di bawah tempat mereka berpijak. Semakin lama, mereka semakin jauh ke dalam gua
Suara aliran air juga semakin kecil hingga akhirnya benar-benar lenyap dalam pendengarannya.

Tiba-tiba Ahmed ingat sesuatu, sehingga Lyra menoleh padanya berhenti.
"Ada apa?"
"Aku ingat sesuatu."
"Apa?"

Ahmed tak menjawab pertanyaannya. Dari saku celananya dia mencabut sesuatu yang panjang dan hitam. Lalu tiba-tiba dari ujung benda itu muncul seberkas cahaya seperti lampu. Rupanya benda itu tongkat sihirnya.

Lyra menunjukkan raut wajah datar.
"Kenapa tidak dari tadi hah?"

"Aku baru ingat. Kau sendiri, kenapa tidak melakukan itu?"

Lyra tak menjawab pertanyaan Ahmed. Wanita itu kembali melanjutkan perjalanannya. Sementara Ahmed sibuk menggerutu dalam hatinya. Kemudian dia sadar sesuatu. Maka dipanggillah wanita itu agar berhenti.

"Apa lagi?"
"Coba lihat. Dinding gua ini dipenuhi gambar-gambar dan huruf-huruf runik kuno!" Serunya sembari mengarahkan telunjuknya ke dinding-dinding gua. Lyra merebut tongkat sihir Ahmed dan mendekatkannya ke dinding gua.

Lyra terperangah dan merasa takjub. Siapa yang membuat ini semua?
Dilihatnya gambar-gambar dan huruf-huruf itu dan meraba dengan jemari halusnya. Mereka pun melangkahkan kakinya pelan-pelan sembari memeriksa setiap ukiran di dinding dan atap gua. Lalu tanpa terasa mereka sampai di sebuah ruangan maha luas.

Mereka tak percaya ada ruangan seluas ini di bawah permukaan bumi. Ada nyala api di sekeliling ruangan dengan atap tinggi seperti kaca yang transparan. Pasti di atasnya adalah permukaan bumi. Tinggi atapnya kira-kira tiga puluh lima meter. Lalu mereka menemukan replika Piramida setinggi dua meter di depan mereka dan ada cawan yang tersimpan di puncaknya. Ketika mereka berkeliling, mereka menemukan sebuah lubang seperti runtuhan yang seperti baru dibuat di belakang replika Piramida itu.

Lyra dan Ahmed saling berpandangan. Jangan-jangan ada yang berhasil masuk ke tempat ini lalu mengambil sesuatu dari sini dan kabur melalui lubang itu. Mereka segera masuk ke dalam lubang yang cukup sempit dan hanya setinggi satu meter lebih. Sehingga mereka harus sedikit menekuk badannya agar mereka bisa masuk. Namun, lubang itu hanya sepanjang lima meter sebelum akhirnya mereka menemukan semacam benteng di depannya. Kemudian mereka menemukan jalan menyamping menyerupai tangga yang dipenuhi lumut. Mereka pun akhirnya naik menyusuri jalan itu dan keluar di sebuah bekas saluran air di pemukiman penyihir di luar Sundapura dekat dengan danau.

4 ELEMENTS [Diterbitkan Oleh Jejak Publisher]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang