Bab 9 - Hydragénna

124 9 3
                                    

Sundapura semakin menawan dalam balutan cahaya keperakan sang rembulan dan itu adalah waktu terbaik bagi semua penyihir untuk berlatih. Cahaya bulan purnama memiliki efek yang berbeda bagi penyihir, yaitu dapat memaksimalkan kekuatan yang dikerahkan, selain mempengaruhi gelombang otak. Terlebih bagi penyihir baru, cahaya bulan membantu mereka melakukan akselerasi kekuatan sihir mereka sehingga mereka akan lebih mudah mempelajari sihir pada tahap yang lebih rumit.

Malam itu para Elbranian dilatih untuk mengerahkan dua mantra sihir, sesuatu yang masih di luar kemampuan mereka. Walaupun, semalam Jingga mampu melakukannya, tetapi itu dua-duanya adalah mantra air paling dasar. Mereka dilatih oleh seorang guru wanita, Lyra. Lyra adalah seorang penyihir asal Indonesia yang sejak berusia sepuluh tahun dibawa orang tuanya pindah ke kota Nice, Prancis.

Orang tuanya adalah sepasang penyihir hebat. Bahkan Lyra adalah salah satu dari tim terbaik Sundapura ketika dia masih seumuran Jingga. Sekarang usianya hampir tiga puluh tahun. Rambut hitamnya tergerai. Dia mengenakan sweater turtleneck berwarna biru tua.

"Hari ini kita akan belajar merapal dua dan tiga mantra sihir yang setingkat lebih sulit dari yang kemarin guru Kostas ajarkan. Selain itu kalian dituntut untuk tetap berkonsentrasi mempertahankan sihir pertahanan. Siap?" tanya Lyra.

"Siap guru!" jawab mereka serempak.
"Pertama kalian konsentrasi untuk membuat perlindungan dengan merapal mantra perisai."

"Shielderus herleux."
Ada semacam tabir pelindung transparan yang menyelimuti tubuh guru Lyra.

"Furrairus - Hydragenna."
Tiba-tiba udara terasa pengap dan sesak, lalu uap-uap air yang tadi terbentuk seperti kabut mulai memercikkan kilatan api yang kemudian terjadi ledakan yang cukup keras setelah dihempaskan sehingga menimbulkan kepanikan di wajah para siswa. guru Lyra memberi isyarat agar mereka jangan khawatir. Lalu guru Lyra meminta para siswa untuk mencobanya. Semuanya masih ragu-ragu.

"Hei, ada apa? Tenanglah, kan sudah ada ada tabir pelindung. Tidak akan terjadi apa-apa," guru Lyra mencoba meyakinkan mereka.
"Penyihir tak boleh takut apapun, kecuali pada Hyang Tunggal."
Akhirnya mereka mau mencobanya.
Astra mendapat giliran pertama. Natalie spontan mengalihkan perhatiannya pada Astra.

"Konsentrasi, bayangkan ada selapis tabir pelindung yang membungkus tubuhmu," guru Lyra menginstruksikan. Lalu Astra merapal mantra perisai. Setelah tubuhnya diselimuti selapis tabir transparan, kemudian Astra membayangkan dia dapat memisahkan uap air dari udara. Namun dia merasa kesulitan ketika membayangkan uap air itu menghasilkan api. Pikirannya macet. Maka guru Lyra memintanya untuk mengulangi. Akhirnya dia berhasil setelah dua kali percobaan, dia dapat melepas kobaran api walaupun tanpa ledakan. Guru Lyra memujinya.

"Bagus, tetap konsentrasi terutama untuk mantra perisai karena itu sifatnya bisa bertahan dalam jangka waktu lama."

"Baik, Guru."

Begitupun yang lainnya harus mencoba beberapa kali sampai akhirnya berhasil. Sihir di tingkatan ini mulai terasa sulit bagi mereka. Butuh latihan berkali-kali agar mereka bisa benar-benar menguasainya.

"Lanjutkan satu lagi. Gabungan mantra bumi dan api tingkat dua, Earthenerus - furranna."

Tiba-tiba bumi bergetar lalu terjadi retakan. Dari celah-celah retakan itu muncul kobaran api. Seketika para siswa ketakutan. Sebagian bahkan ada yang berlari menjauh. Beberapa saat kemudian retakan itu menghilang dan kobaran apinya lenyap.
"Untuk mantra ini juga, kalian harus hati-hati ketika berlatih. Jangan sampai kaki kalian terperosok ke dalam celah-celah retakan tanah." Guru Lyra memperingatkan. Lalu meminta mereka kembali mencobanya.

Setelah mereka berlatih guru Lyra menjelaskan bahwa dirinya adalah penyihir elemen air maka dari kedua mantra tersebut, dia paling sering menggunakan Hydragenna. Dia sedikit bercerita bahwa dulu ketika dirinya seusia mereka, dia paling kesulitan mempelajari mantra ini. Disaat teman-teman yang lainnya sudah mampu menguasai mantra ini, dirinya masih sering gagal. Namun gurunya terus memberikan semangat dan motivasi sampai akhirnya bisa.

4 ELEMENTS [Diterbitkan Oleh Jejak Publisher]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang